"Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman pada apa yang diturunkan kepadamu (Al-Qur’an) dan pada apa yang diturunkan sebelummu? Mereka hendak bertahkim kepada tagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkarinya. Setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sangat jauh" (Qur'an Surat an-Nisaa': 60).
Adam atau Nabi Adam 'alaihissalaam adalah Khalifah pertama di muka bumi. Dalam berbagai pandangan, Khalifah sebagai istilah yang terdapat dari berbagai kitab suci adalah sekaligus bermakna manusia. Artinya Adam adalah manusia pertama. Terlepas banyak tafsiran yang ada, sosok Adam merupakan bapak dari manusia sebagai keturunannya.
Setelah Allah menerima taubat Adam dengan pengakuan kesalahan (zalim) karena telah lalai oleh bisikan setan untuk mendekati pohon yang terlarang dan memakan buahnya dan terusir dari surga, juga memohon Rahmat Allah dengan kesungguhan agar tidak termasuk orang-orang yang merugi dengan menjadi pengikut Allah bukan pengikut setan dan bala tentaranya.
Di bumi, Adam melahirkan keturunan, dikisahkan bernama Habil dan Kabil. Habil sosok bertaqwa sedang Kabil termasuk orang merugi sepanjang hidup dan matinya hingga kiamat kelak. Bagaimana tidak, kesalahan Kabil yang telah membunuh saudaranya tersebut, yaitu Habil sebagai dosa pertama manusia di muka bumi, sekaligus menjadi ketetapan bahwa Kabil akan memikul dosa keturunan mereka yang mengikuti jejaknya, yaitu membunuh manusia.
Firman Allah mengisahkan kejadian besar perihal dosa besar sepanjang sejarah kehidupan manusia dan Rahmat Allah secara berturut-turut dalam Surah al-Maa'idah, berikut artinya: "Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa"(27).
"Sesungguhnya jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam"(28).
"Sesungguhnya aku ingin engkau kembali (kepada-Nya) dengan (membawa) dosa (karena membunuh)-ku dan dosamu (sebelum itu) sehingga engkau akan termasuk penghuni neraka. Itulah balasan bagi orang-orang yang zalim" (29).
"Kemudian, hawa nafsunya (Qabil) mendorong dia untuk membunuh saudaranya. Maka, dia pun (benar-benar) membunuhnya sehingga dia termasuk orang-orang yang rugi" (30).
"Kemudian, Allah mengirim seekor burung gagak untuk menggali tanah supaya Dia memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana cara mengubur mayat saudaranya. (Qabil) berkata, “Celakalah aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini sehingga aku dapat mengubur mayat saudaraku?” Maka, jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal" (31).
Dari sini dapat diambil hikmah bahwa taqwa dan senantiasa berpegang teguh di jalan tersebut adalah penting baik terhadap kisah Adam atau anaknya yaitu peristiwa antara Habil dan Kabil. Buka dosa keturunan dalam arti "ansich" dipikul oleh anak cucu Adam seluruhnya, namun Allah menerima amal hamba-hambaNya yang bertaqwa kepadaNya.
Suatu tantangan memang untuk menghindari godaan setan beserta berbagai tipu daya dan muslihatnya juga pasukannya, belum lagi nafsu dalam diri terhadap dunia dalam menetapi iman yang dihiasi amal salih atau taqwa tersebut, namun bukan tidak mungkin kesungguhan akan menghasilkan balasan Allah yang Maha Mensyukuri ("asy-Syakuur") termasuk terhadap hamba yang mengusahakannya, "Shadaqallah!"