Oleh : Moh Kelvin Makus
(Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Universitas Negeri Gorontalo.
Periode 2024)
Dewasa ini, sektor perikanan budidaya telah berkembang pesat dan menjadi tulang punggung ketahanan pangan dunia. Budidaya organisme perairan tidak lagi sekadar alternatif, melainkan telah melampaui produksi perikanan tangkap sejak era 1990-an. Tren ini menunjukkan bahwa perikanan budidaya memiliki posisi strategis dalam menjawab kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat. Selain itu, tidak hanya sebagai sumber protein hewani berkualitas tinggi, perikanan budidaya juga mendukung kesejahteraan sosial, pertumbuhan ekonomi, serta pemulihan lingkungan melalui penerapan praktik-praktik berkelanjutan.
Indonesia memainkan peran penting dalam sektor perikanan budidaya global. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) mengunkapkan produksi akuakultur Indonesia mencapai 5,4 juta ton bobot hidup pada tahun 2023, menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar ketiga di Asia setelah Tiongkok dan India. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan kebijakan nasional yang mendorong transformasi sektor kelautan dan perikanan menuju sistem ekonomi biru yang inklusif dan berkelanjutan.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menegaskan komitmennya terhadap peningkatan produksi budidaya sebagai pilar utama roadmap ekonomi biru Indonesia. Pernyataan Menteri KKP dalam forum Indonesia Aquaculture Business Forum 2024 menegaskan bahwa sektor budidaya memiliki prospek cerah dan harus terus didorong dengan inovasi serta pengelolaan berbasis ekosistem. Salah satui strategi utama KKP adalah pengembangan budidaya berbasis kawasan, yang mengedepankan efisiensi lahan, keberlanjutan lingkungan, dan peningkatan produktivitas melalui inovasi teknologi serta tata kelola yang terpadu.
Potensi budidaya kawasan Teluk tomini Gorontalo
Teluk Tomini merupakan salah satu kawasan pesisir paling strategis di Indonesia yang menyimpan potensi besar dalam pengembangan perikanan budidaya. Sebagai teluk terbesar di Indonesia dengan luas perairan sekitar 137.700 km² dan garis pantai mencapai 1.350 km, Teluk Tomini memiliki keunggulan geografis dan ekologis yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Letaknya yang berada tepat di garis khatulistiwa serta di jantung segitiga karang dunia menjadikan teluk ini kaya akan biodiversitas laut, termasuk terumbu karang endemik, kawasan mangrove yang luas, dan sumber daya perikanan yang melimpah. Karakteristik perairan semi tertutup turut memberikan kondisi lingkungan yang ideal untuk aktivitas budidaya karena lebih stabil terhadap pengaruh luar, baik dari segi suhu, arus, maupun kualitas air.
Kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai bagian dari Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 715, yang menunjukkan status strategisnya dalam pengembangan sektor perikanan nasional. Penetapan ini tidak hanya mengarah pada kegiatan penangkapan ikan, tetapi juga mencakup pengembangan budidaya ikan, konservasi, dan penelitian sumber daya laut.
Potensi pengembangan perikanan budidaya terbagi menjadi dua sistem utama, yaitu marikultur berbasis Keramba Jaring Apung (KJA) dan budidaya payau melalui tambak di pesisir. Aktivitas ini tersebar luas dari Kabupaten Pohuwato, Boalemo, Gorontalo, Kota Gorontalo, hingga Bone Bolango. Data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2023 mencatat bahwa produksi budidaya laut di Kabupaten Boalemo mencapai 3,23 ton dengan nilai produksi sekitar Rp161,5 juta, sedangkan Kabupaten Pohuwato menghasilkan 37,43 ton dengan nilai produksi lebih dari Rp1,85 miliar. Untuk budidaya payau, Boalemo membukukan produksi sebesar 1.060,42 ton, Bone Bolango 11,48 ton, dan Pohuwato menjadi yang tertinggi dengan 18.843 ton, menghasilkan nilai ekonomi hingga Rp646,38 miliar. Potensi tersebut membuka peluang besar bagi Provinsi Gorontalo untuk menjadikan Teluk Tomini sebagai sentral perikanan budidaya berkelanjutan.
.
Strategi Pengembangan Perikanan Budidaya Teluk Tomini
Potensi Teluk Tomini sebagai kawasan unggulan budidaya perikanan perlu diikuti dengan strategi pengembangan yang komprehensif dan terarah. Tentunya hal itu dapat dikembangkan jika (1) penetapan tujuan strategis dan indikator keberhasilan dilakukan secara jelas, (2) pemilihan komoditas unggulan disesuaikan dengan kondisi lokal dan permintaan pasar, (3) sistem produksi disesuaikan dengan karakteristik lingkungan perairan, serta (4) penerapan teknologi budidaya dilakukan berbasis hasil riset yang adaptif dan berkelanjutan. Keberhasilan strategi juga sangat ditentukan oleh dukungan regulasi yang konsisten, partisipasi aktif pelaku usaha, serta keterlibatan masyarakat pesisir secara inklusif.
Tujuan strategis dalam pengembangan budidaya Teluk Tomini harus mencakup peningkatan produksi untuk ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja di wilayah pesisir, perlindungan lingkungan perairan, dan peningkatan daya saing produk lokal baik di pasar nasional maupun ekspor. Penekanan juga perlu diberikan pada pemerataan manfaat ekonomi budidaya hingga menjangkau kelompok rentan seperti nelayan kecil, perempuan, dan pemuda pesisir. Tujuan ini harus didukung oleh indikator keberhasilan yang terukur, seperti peningkatan volume dan nilai produksi, efisiensi input produksi, serta pengurangan dampak lingkungan dari kegiatan budidaya.
Komoditas yang dikembangkan perlu disesuaikan dengan kondisi ekologis dan teknis wilayah Teluk Tomini, seperti ikan kerapu, bawal bintang, kakap putih, udang vaname, serta rumput laut dan kerang. Sistem budidaya dapat mengandalkan teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) untuk wilayah laut, dan tambak semi-intensif hingga intensif untuk wilayah pesisir payau. Teknologi ramah lingkungan seperti bioflok, pemanfaatan pakan alternatif lokal, serta sistem monitoring kualitas air berbasis sensor perlu didorong agar produktivitas meningkat tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem.
Dukungan regulasi harus mengatur tata ruang budidaya, perizinan, standar lingkungan, dan jaminan kualitas produk secara terpadu. Pemerintah daerah dan pusat perlu menyusun peta jalan pengembangan budidaya berbasis kawasan, lengkap dengan insentif bagi pelaku usaha dan perlindungan bagi masyarakat lokal. Di sisi lain, penelitian dan pengembangan teknologi oleh perguruan tinggi, lembaga riset, dan sektor swasta perlu difasilitasi dan hasilnya ditransfer langsung kepada pembudidaya melalui pelatihan dan pendampingan teknis berkelanjutan.
Dengan menerapkan strategi yang mencakup seluruh aspek tersebut, Teluk Tomini dapat tumbuh sebagai pusat budidaya laut dan pesisir yang kompetitif dan berkelanjutan. Keberhasilan ini bukan hanya akan memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi wilayah Gorontalo, tetapi juga memberi kontribusi penting dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional di sektor kelautan dan perikanan. (*)