Gorontalo — Pemerintah Provinsi Gorontalo di bawah kepemimpinan Gubernur Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah RH terus memperkuat langkah menuju destinasi ramah muslim nasional. Hal itu ditegaskan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Dr. Ir. Aryanto Husain, MMP, dalam Workshop Pariwisata Ramah Muslim dan Penguatan Ekonomi Syariah Daerah yang digelar di Ballroom Kantor Perwakilan Bank Indonesia Gorontalo, Selasa (18/11/2025).
Dalam sambutannya, Aryanto menyampaikan apresiasi besar kepada Bank Indonesia yang dinilai konsisten mendukung pembangunan Gorontalo di berbagai sektor, termasuk pariwisata. “Bank Indonesia tidak pernah berhenti memberikan ruang kolaborasi bagi kita, dan hari ini kembali memfasilitasi diskusi strategis terkait pengembangan pariwisata ramah muslim,” ujarnya.
Menurut Aryanto, konsep pariwisata ramah muslim bukanlah bentuk eksklusivitas, tetapi pendekatan layanan yang memastikan kenyamanan wisatawan muslim tanpa membatasi wisatawan non-muslim.
“Pariwisata itu untuk semua. Namun bagi wisatawan muslim, ada kebutuhan dasar yang harus tersedia—seperti mushola yang jelas, sarana ibadah yang layak, dan makanan halal yang informasinya transparan,” jelasnya.
Ia menyebutkan, tren global menunjukkan peningkatan signifikan wisatawan muslim hingga tahun 2036, terutama menuju destinasi Asia. Kesempatan ini harus dimanfaatkan Indonesia, termasuk Gorontalo.
Dalam forum tersebut, Aryanto mengungkapkan kabar membanggakan: untuk pertama kalinya Gorontalo masuk sebagai nominasi destinasi ramah muslim nasional melalui Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).
“Ini pencapaian besar. Gorontalo berada di posisi ke-11, mengungguli beberapa provinsi yang sebelumnya telah tiga kali mengikuti penilaian. Artinya, potensi kita besar dan diakui secara nasional,” tegasnya.
Meski demikian, ia mengakui bahwa infrastruktur dan kesiapan layanan masih perlu diperkuat agar Gorontalo bisa naik ke peringkat lebih tinggi.
Aryanto menegaskan bahwa pengembangan pariwisata ramah muslim tidak bisa berjalan sendiri. Dibutuhkan kolaborasi penuh lintas sektor—pemerintah daerah, BI, KDEKS, UMKM, industri perhotelan, PHRI, ASITA, akademisi, hingga komunitas muslim traveler.
Apalagi, ekonomi syariah Indonesia sedang tumbuh kuat dan Gorontalo memiliki sosial budaya yang sangat mendukung: mayoritas penduduk muslim, tradisi religius yang kuat, serta nilai adat yang selaras dengan prinsip syariah.
“Gorontalo punya modal sosial yang luar biasa. Dengan kolaborasi dan komitmen lintas sektor, kita dapat memperkuat ekosistem halal yang menjadi tren global,” tambahnya.
Aryanto juga mencontohkan Malaysia sebagai negara peringkat nomor satu dunia dalam pariwisata ramah muslim. Kunci keberhasilan mereka, kata dia, terletak pada paradigma yang sama, konsistensi kebijakan, dan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan masyarakat.
“Itu yang ingin kita wujudkan di Gorontalo. Kita ingin membuktikan bahwa daerah kita bukan hanya potensial, tapi siap menjadi destinasi ramah muslim yang kompetitif,” ujarnya.
Workshop yang digelar oleh Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi Gorontalo, dan KDEKS ini menghadirkan peserta dari berbagai unsur pemerintah, perbankan, perhotelan, UMKM, akademisi, dan organisasi keagamaan. Kegiatan ini ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama penguatan pariwisata dan ekonomi syariah daerah. (Wan)