Go-Pena Baner

Thursday, 20 November, 2025

Kepala Puskesmas Sipatana: Ini Murni Miskomunikasi, Pelayanan Tetap Standby

Responsive image
Puskesmas Sipatana. (Foto : Dok)

GORONTALO - Kepala Puskesmas Sipatana, Rita Bambang, S.Si, memberikan klarifikasi resmi terkait video viral yang menuding Puskesmas tidak menyediakan sopir ambulans saat dibutuhkan untuk membawa pasien dari rumah pada 17 November 2025. Rita menegaskan bahwa informasi yang beredar tidak sepenuhnya benar dan perlu diluruskan berdasarkan kronologi yang telah disusun secara resmi.

 

Kejadian bermula pada pukul 14.15 WITA ketika Puskesmas Sipatana menerima panggilan telepon dari tenaga kesehatan Beby Duto, S.St, yang melaporkan adanya pasien dengan sesak napas dan membutuhkan rujukan. Dalam komunikasi tersebut, Beby menyampaikan bahwa pasien berada di rumah, bukan di fasilitas Puskesmas.

Sopir ambulans, Yulisman Tolinggi, kemudian menanyakan lokasi pasien dan diberi informasi bahwa pasien berada di Kelurahan Molosipat, Komplek RM Uyat. Saat itu, Yulisman menjelaskan bahwa ia sedang dalam perjalanan dinas dari Dinas Kesehatan menuju Puskesmas, namun berkomitmen untuk kembali ke Puskesmas lebih dahulu.

Setibanya di Puskesmas, diketahui bahwa Beby Duto juga telah menghubungi Kepala Puskesmas untuk meminta izin penggunaan ambulans. Pada saat itu, Kepala Puskesmas menginformasikan bahwa sopir sedang mengikuti pertandingan bola voli dalam rangka peringatan HKN ke-61, namun ambulans tetap dalam kondisi standby di Puskesmas.

Rita menjelaskan bahwa komunikasi berjalan tidak lancar karena sambungan telepon sempat terputus ketika ia memberi penjelasan kepada pihak keluarga pasien. “Sopir memang sedang bertugas mengikuti lomba HKN, tetapi ambulans tidak pernah kami nonaktifkan. Komunikasi yang terputus menimbulkan kesalahpahaman,” ujar Rita.

Setelah pertandingan selesai sekitar satu jam kemudian, seluruh kontingen termasuk sopir kembali ke Puskesmas Sipatana.

Namun, pada pagi hari 18 November 2025, beredar sebuah video di media sosial yang dibuat oleh Beby Duto, berisi pernyataan kekecewaan terhadap Puskesmas karena dianggap tidak menyediakan ambulans. Tak lama kemudian, Beby menghubungi sopir ambulans dan menyampaikan bahwa pasien telah meninggal dunia. Kabar ini kemudian berkembang menjadi dugaan bahwa pasien meninggal akibat keterlambatan ambulans.

Puskesmas kemudian melakukan penelusuran internal dan mendapatkan informasi bahwa pasien sebenarnya sudah mengalami keluhan sakit selama dua hari. Pihak keluarga membawa pasien ke RSAS, di mana pasien mendapatkan perawatan selama sekitar tiga jam sebelum dinyatakan meninggal pada pukul 18.34 WITA.

Dari klarifikasi tambahan yang beredar, diketahui bahwa Beby sebelumnya telah diminta pasien untuk datang ke rumah. Namun ia menolak karena menganggap permintaan tersebut tidak sesuai prosedur, dan tidak meneruskan laporan awal kepada Puskesmas atau dokter yang sedang standby. Padahal, menurut Rita, tenaga medis dan ambulans berada dalam kondisi siap memberikan layanan home care apabila diinformasikan lebih awal.

“Yang kami sayangkan adalah tidak adanya laporan awal mengenai kondisi pasien, serta perekaman video yang kemudian viral dan menurunkan citra Puskesmas,” ujar Kepala Puskesmas dalam laporannya.

Rita menegaskan bahwa Puskesmas Sipatana tidak pernah menolak memberikan pelayanan, termasuk penggunaan ambulans. “Faktanya, ini murni persoalan miskomunikasi dan tidak adanya prosedur pelaporan kondisi pasien yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang menangani. Kami tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tegasnya.

Rita berharap klarifikasi ini bisa menjawab keresahan masyarakat serta meluruskan informasi yang berkembang.

“Kami tetap berkomitmen memberikan pelayanan terbaik. Jika ada kekurangan dalam komunikasi, itu akan kami perbaiki. Yang jelas, Puskesmas tidak pernah menolak membantu warga,” pungkasnya. (*) 


Share