LANGIT Gorontalo masih teduh saat mobil dinas Gubernur Gusnar Ismail berhenti di sebuah rumah sederhana di Kelurahan Molosipat W. Dari balik pintu, seorang perempuan paruh baya menyambut dengan senyum yang tak berubah sejak puluhan tahun silam. Ia adalah Ibu Fin Tahir, guru Bahasa Indonesia di SMA 3 Gorontalo — atau yang dulu dikenal dengan SMPP 56 — sosok yang dulu kerap menegur sang gubernur muda ketika kurang tepat dalam menyusun paragraf.
Hari itu, Gubernur Gusnar tidak datang membawa serangkaian pidato atau formalitas upacara. Ia datang membawa rindu dan rasa terima kasih. Di Hari Guru Nasional 2025 ini, ia memilih mengenang dan menemui langsung dua perempuan yang turut membentuk jalannya menjadi pemimpin: Ibu Fin Tahir dan Ibu Ratna Masyhur.
"Beliau tidak ingin Hari Guru hanya diisi seremonial sebagai inspektur upacara," ujar David Radjak, juru bicara Gubernur. "Kunjungan ini adalah bentuk penghormatan yang lebih bermakna. Banyak cerita dan nostalgia yang mengalir tadi, termasuk bagaimana pendidikan zaman dulu membentuk karakter."
Usai bercengkerama di Molosipat, perjalanan dilanjutkan ke Jalan Jakarta — ke kediaman Ibu Ratna Masyhur. Di ruang tamu yang dindingnya masih penuh dengan bingkai kenangan masa silam, Gubernur Gusnar duduk santai. Tak ada jarak. Tak ada protokoler ketat. Yang tersisa hanya murid dan gurunya, saling mengulas masa lalu dengan senyum dan sesekali tawa kecil.
Bagi Gubernur Gusnar, disiplin adalah pelajaran terbesar dari masa-masa sekolah. Bukan semata soal nilai rapor, tapi tentang nilai kehidupan. “Didikan guru bukan sekadar ilmu, tapi proses internalisasi nilai dan karakter,” ujarnya sembari menyerahkan cenderamata sebagai simbol penghargaan yang tulus.
Dalam era serba cepat ini, langkah Gubernur Gusnar adalah pengingat sederhana namun kuat: bahwa di balik setiap pemimpin, selalu ada sosok guru yang membimbing dalam diam, menanamkan makna lewat keteladanan.
Hari Guru bukan sekadar peringatan, tapi kesempatan untuk kembali ke akar — ke ruang kelas yang penuh cita-cita, ke tangan guru yang membentuk bangsa. (*)