Go-Pena Baner

Saturday, 21 December, 2024

Menerapkan Gaya Parenting Bagi Orangtua Milenial Untuk Gen Z di Era Digital

Responsive image
Ilustrasi (Foto : Google)

 

Oleh : Irvan Usman, Syahgita Djuli, Amira Adlia Fitriani Manahung, Ene Efren, Fikri S. Huo

(Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNG)

GENERASI milenial, yang sering disebut sebagai orangtua, adalah generasi Y yang belum sepenuhnya memahami teknologi. Satu-satunya hal yang perlu dilakukan oleh orangtua ,milenial mendalami lebih banyak informasi teknologi saat ini. Saat menggunakan teknologi, orang tua dapat mengawasi anak-anak mereka dan memastikan mereka tidak mendapatkan informasi yang tidak sesuai dengan usia mereka. Maka bukan sesuatu yang aneh lagi apabila orang tua mengikuti seminar, loka karya, hingga ada yang berdiskusi/berinteraksi melalui media sosial seperti halnya whatsapp bersama komunitasnya adalah untuk mengetahui perkembangan pola asuh dalam mendidik anak. Orangtua dari generasi milenial cemas jika ada beberapa akibat pola asuh mereka yang sulit. Trauma masa kecil dapat berdampak negatif pada anak. Solusinya bisa berdiskusi dengan rekan sejawat, dan tetangga tentang pertumbuhan dan perkembangan anak yang terkadang membuat orangtua milenial merasa stress menjadi lebih baik, juga menyimak informasi melalui youtube menjadi alternatif lain. Orangtua dituntut agar responsif, adaptif dan handal untuk menghadapi perkembangan anak generasi Z, apalagi di tengah arus transformasi digital yang begitu pesat perkembanganya sangat berpotensi untuk menjerumuskan anak-anak dalam perilaku negative yang mempengaruhi masa depannya. Teknik pengasuhan yang konstruktif dan berhasil berusaha membentuk kepribadian anak agar dapat memberikan kualitas hidup yang baik. Agar anak-anak tumbuh sehat di kehidupan selanjutnya dan mampu mengatur diri sendiri saat dihadapkan pada pengaruh negatif era transisi digital, mereka perlu terlindung dari keluarga yang menghargai kepositifan, kebaikan, dan perilaku yang benar. Teknik ini merupakan pendekatan yang mendukung perkembangan positif anak dengan cara yang penuh kasih, menghargai, dan mendukung. Berikut adalah beberapa teknik pengasuhan konstruktif yang dapat diterapkan: A. Komunikasi: Berbicara dengan anak secara terbuka tanpa menghakimi anak B. Memberikan Contoh yang Baik: Anak-anak cenderung meniru periulaku orang tua C. Pemberian Pujian dan Penghargaan: Mmeberikan reward ketika anak melakukan sesuatu yang baik D. Disiplin: Memberikan sikap disiplin yang baik pada anak jelaskan sebab akibat dari hal tersebut E. Membangun Rutinitas: Membuat catatan harian yang dilakukan sehari-hari untuk anak aghar kegiatan mereka setiap hari terrtata dengan rapi F. Mengajarkan Keterampilan Sosial: Mengajari anak untuk berbagi kepada orang lain G. Mendukung Kemandirian: Mendukung anak untuk mencoba hal-hal baru H. Mengatur Emosi: Membantu anak untuk mengelola emosi mereka Mengasuh anak semakin kompleks, terutama di era digital, dengan banyaknya permasalahan terkait dampak teknologi terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, pelatihan parenting di era digital menjadi penting untuk diterapkan, tulisan ini adalah untuk menggali bagaimana cara menerapkan gaya Parenting bagi orangtua Milenial untuk gen Z di Era Digital. Ilmu parenting sangat dibutuhkan oleh orangtua agar bisa mendidik anak dengan baik. Mengutip jurnal Kemendikbud (2016) anak-anak yang hidup di era millennial saat ini banyak dipengaruhi oleh teknologi digital dan tergolong sebagai generasi digital. Anak-anak generasi digital saat ini adalah digital natives, yaitu sejak lahir sudah terpapar media elektronik dan digital. Parenting sangat diperlukan untuk untuk merawat perkembangan anak . Pola asuh orangtua sangat berpengaruh agar anak bisa mengatur keinginannya. Dalam keluarga, seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk watak dan mengembangkan nilai-nilai menurut pola tertentu. Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan kepribadian anak pada masa pembentukan kepribadian. Pada proses inilah komunikasi akan berlangsung, hal ini merupakan bagian sentral dan terpenting dalam proses interaksi. Adapun dua tipe pola komunikasi keluarga menurut Fitzpatrick dan Koerner dalam buku Theories of Human Communication (Littlejohn & Foss, 2011): 1) Pola Konsensual (Consensual) dimana keluarga memiliki orientasi percakapan dan orientasi konformitas yang tinggi. Keluarga tipe konsensual cenderung banyak berbicara pada anggota keluarga, tetapi untuk otoritas keluarga biasanya orangtua yang mengambil keputusan. Keluarga ini mengalami penekanan dalam menghargai komunikasi terbuka sementara juga menginginkan otoritas orangtua yang jelas. 2) Pola Pluralistik (Pluralisctic) dalam tipe keluarga ini, terdapat banyak diskusi terbuka, tapi anggota keluarga akan memilih untuk dirinya keputusan apa yang dilakukan atas dasar diskusi itu. Orangtua dalam keluarga ini merasa tidak perlu untuk mengendalikan anakanaknya dalam membuat keputusan untuk mereka. Tapi orang tua dapat memberikan pendapat yang dievaluasi berdasarkan kelayakan argumen, dan semua anggota keluarga berpartisipasi dalam pengambilan keputusan keluarga. Ada hal-hal yang harus diperhatikan orangtua dalam mengasuh anak-anak. Mengutip Klinik Psikologi Rumah Sakit Grhasia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berikut di antaranya: (1). Usia Anak. Pola asuh harus dinamis, sesuai dengan usia, yaitu pertumbuhan dan juga perkembangan anak. Memperlakukan anak di usia dewasa dengan sikap seperti anak kecil akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman bagi mereka; (2). Pahami Kebutuhan dan Kemampuan Anak. Setiap orang berbeda-beda, begitupun anak. Setiap anak terlahir unik, berbeda satu dengan yang lainnya; (3). OrangTua Harus Kompak. Kedua orangtua harus kompak dalam memberikan pola asuh. Saat orangtua memberikan perbedaan pola asuh, anak cenderung akan memihak atau memilih yang mereka anggap lebih menyenangkan; (4). Contoh Perilaku Positif dari Orangtua. Orangtua perlu mencontohkan perilaku positif kepada anaknya. Terkadang, orangtua meminta anak bersikap sesuai harapan mereka, misalnya, tidak boros. Maka contohkan sikap tersebut kepada anak terlebih dahulu; (5). Komunikasi Dua Arah yang Efektif. Luangkan waktu mengobrol dengan anak. Jadilah pendengar yang baik dan berikan kesempatan anak untuk berpendapat; (6). Disiplin. Disiplin tak dapat tumbuh begitu saja. Sikap ini harus dimulai dari hal kecil dan sederhana. Dengan disiplin, anak akan belajar bertanggung jawab terhadap kebutuhan pribadinya; (7). Konsisten. Dalam pemberlakuan aturan, orangtua harus konsisten, jangan ada perbedaan. Hal ini dilakukan agar anak dapat mematuhi aturan yang dibuat dengan baik. Peran keluarga menjadi salah satu usaha dalam mencapai tumbuh kembang anak di dalam keluarga. Dengan adanya peran keluarga yang mendukung menjadi harapan bagi anak, akan tetapi berdasarkan penelitian yang ada permasalahan keluarga menjadi salah satu penyebab permasalahan kesehatan mental anak yang ada di lingkungan sekitar. Kesehatan mental adalah suatu keadaan sejahtera individu baik dari segi psikis maupun fisik. Seorang anak dengan keadaan mental yang baik akan mengalami pertumbuhan dan berkembang secara baik. Maka dalam hal ini penting sekali orangtua memberikan lingkungan yang aman dan sehat bagi perkembangan mental anak. Pola asuh (parenting style) yang dilakukan oleh orang tua serta komunikasi antara anak dan orang tua menjadi salah satu hal yang penting dalam mengembangkan kesehatan mental anak.

 

DAFTAR PUSTAKA Kemdikbud. (2016). Seri Pendidikan Orang Tua: Mendidik Anak di Era Digital. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. W. Littlejohn, S. (2009). TEORI KOMUNIKASI (Theories of Human Communication) (R. Oktafiani, Ed.; 9th ed.). Salemba Humanika. (*)


Share