Go-Pena Baner

Friday, 22 November, 2024

Bunuh Diri; Sebuah Penghinaan Kepada Tuhan Yang Maha Penyayang

Responsive image
Fanridhal

Oleh: Fanridhal, Jurnalis Go-pena.id

GO-PENA.ID-Akhir-akhir ini marak di Gorontalo kasus bunuh diri. Motifnya beragam, mulai dari dililit ekonomi sulit, romansa, hingga masalah pekerjaan yang terlalu dipaksa. Semua itu tentunya tidak lain akibat lemahnya iman kepada Tuhan Yang Maha Bijaksana.

Go-pena.id mencatat sedikitnhya ada 22 kasus bunuh diri yang terjadi di Gorontalo tahun 2023 (semoga tidak akan bertambah).

Meskipun sebelum mencapai angka 22, pemerintah sudah mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan tindakan berfikir ‘pendek’ itu. pendek disini berarti tidak mempertimbangkan segala sesuatunya, mulai dari dampak sosial yang akan timbul hinggal konsekuensi spiritual jika kelak di alam barzah. Sebagaimana terdapat dalam Ash-Shahihain oleh Imam Bukhori bahwa orang yang bunuh diri akan disiksa di (neraka) Jahannam dengan alat yang dipakainya saat bunuh diri.

Artinya sekelumit apapun masalahnya, jika memutuskan untuk bunuh diri maka si pelaku tidak akan menemui ketenangan, alias masalahnya lebih besar lagi.

Mengenai kasus bunuh diri ini, para pelakunya sedang diperhadapkan dengan beban mental yang cukup besar dan sangat sulit dipecahkan, pendeknya pelaku mengalami depresi tingkat tinggi.

Dilansir dari WebMD, secara psikologi seseorang yang mengalami depresi berat antara lain, insomnia, tidur berlebihan, lekas marah, rasa keputusasaan, yang kemudian timbul pikiran tentang kematian atau bunuh diri atau usaha bunuh diri.

Bunuh Diri Bukti Lemahnya Iman

Ketua MUI Pertama, Haji Abdul Karim Amrullah atau yang mahsyur dengan sebutan Buya Hamka pernah menuliskan bahwa sekirannya ia tidak punya iman mungkin saja sudah bunuh diri. Ide untuk bunuh diri itu terbesit di kepalanya saat mendekam di penjara oleh rezim lama.

Sekelas Buya Hamka saja pernah ingin memutuskan mengakhiri hidupnya saat ia disiksa habis-habisan selama di dalam penjara. Merasa siksaannya tak sanggup ia tahan, dikisahkan ia teringat dengan sebuah silet yang berhasil ia sembunyikan dari pemeriksaan polisi, namun lagi-lagi Buya Hamka berfikir labih panjang hingga memutuskan mengurung niatnya itu.

Jaminan bahwa iman yang kuat akan meneguhkan hati bahwa semua masalah yang menghadang di hidup ini adalagi bagian dari skenario Tuhan yang menginginkan hambanya lebih kuat dan tahan banting dari segala beban.

Sebab secara spiritual seseorang yang memiliki kekuatan iman akan menyerahkan semua yang ia rasakan kepada sang Pencipta, dan berikhtiar sekuat mungkin. Maka secara psikologis orang semacam ini akan memiliki mental yang lebih sehat, karena ia merasa semuanya telah di atur sedemikian rupa oleh Tuannya. “Maka sesudah kesulitan pastilah ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyiroh: 5).

Pentingnya Belajar Stoikisme

Filsafat Stoik mengajarkan pentingnya pengendalian diri, mengenali antara hal yang berada di luar kendali dan di dalam kendali diri kita, misalnya semua yang terjadi di alam raya ini di luar kendali kita, kita tidak bisa menahan apa dikatakan oleh orang lain tentang kita, tidak bisa merubah cuaca, merubah dingin menjadi panas, dan seterusnya, tetapi respon kita terhadap hal itu semuanya berada di dalam kendali kita. Orang yang berbicara buruk pada kita di luar kendali kita, tidak perlu pusingkan soal itu, tapi respon kita atas tindakan orang terhadap kita, semuanya ada dalam diri kita.

Maka ketika mengamalkan ajaran ini, kita akan mengenali diri dan lebih hemat dalam mengeluarkan energi diri, dan hasilnya penganut ajaran ini akan memiliki mental yang lebih sehat.

Bunuh Diri Adalah Menghina Tuhan

Seperti sebuah ungkapan “menghina Tuhan tidak perlu dengan membakar kitab suci-Nya. Khawatir besok tidak makan itu sudah menghina Tuhan”. Ungkapan itu ada benarnya, dalil bahwa Tuhan telah mengatur segala kehidupan dunia adalah valid dan tak terbantahkan bagi ummat beragama.

“Tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezeki”, demikian kata Allah dalam surah Hud ayat 6. Ayat tersebut memberikan jaminan kepada makhluknya bahwa setiap makhluk—termasuk manusia—akan memperoleh rezeki. Jika dalam urusa rezeki saja kita dijamin maka apalagi dalam hal menyelesaikan masalah.

Maka berputus asa dengan cara bunuh diri adalah jalan yang sia-sia, seolah Tuhan tidak bersama kita, seolah tidak ada pertolongan dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka bunuh diri adalah hal yang sama dengan menghina takdir Tuhan, sebab pelaku khawatir tidak ada jalan lagi selain bunuh diri.

“Jika kamu bertawakal kepada Allah dengan sebaik-baiknya, maka Allah akan memberikan rezeki sebagaimana Dia berikan kepada burung, ia keluar pada waktu pagi dalam keadaan perut yang kosong dan pulang petang dengan kenyang.” (HR. Ahmad).


Share