ung.ac.id - (Go-Pena.id) - Peristiwa bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di berbagai tempat di Provinsi Gorontalo pada Rabu, 10 Juli 2024 kemarin mengejutkan berbagai pihak.
Rektor Universitas Negeri Gorontalo Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, ST., MT. pada rapat koordinasi UNG Crisis Center for Flood and Landslide (Pusat Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor) yang dilaksanakan pada Jumat, 12 Juli 2024 mengungkapkan bahwa siklus tahunan banjir yang terjadi di Provinsi Gorontalo semakin cepat.
“Banjir besar di Gorontalo itu siklusnya 25 tahunan sebelumnya. Ternyata setelah 2006 siklusnya sudah 5 tahunan, berikutnya ada yang mengatakan siklusnya sudah menjadi tahunan. Hampir tiap tahun kita mengalami banjir,” jelas Eduart.
Merespon kondisi tersebut Eduart meminta UNG Crisis Center untuk mulai mengantisipasi pasca bencana banjir dan tanah longsor.
“UNG sudah perlu melakukan antisipasi untuk pasca bencana. Kalau kita lihat, banjir di Gorontalo terdiri dari dua jenis yaitu banjir yang terjadi akibat luapan sungai dan danau, dan banjir genangan yang membutuhkan waktu yang lama untuk surut,” katanya.
Eduart meminta bidang kesehatan UNG Crisis Center untuk mengambil langkah antisipatif dan penyuluhan pasca banjir untuk masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat lamanya air banjir surut.
“Dan untuk kita lakukan itu semua maka pemetaan lokasi itu penting. Jadi teman-teman dari geografi mungkin pemetaan ini perlu kita lakukan mana daerah-daerah yang masuk kategori ringan, sedang, dan terdampak parah,” tegasnya.
Eduart juga menginstruksikan bidang sosial UNG Crisis Center untuk segera melakukan kajian dan edukasi bagi masyarakat.
“Saat ini, kita sudah harus mengkondisikan warga Gorontalo untuk tanggap terhadap bencana. Yang harus kita lakukan adalah pemahaman mereka ketika ada bencana seperti apa,” ujarnya.***