GOPENA.ID, GORONTALO - Politik sejatinya adalah ruang luhur: ruang untuk merawat rakyat, menjaga kedaulatan, dan membangun peradaban. Tetapi apa jadinya jika ruang politik justru dipenuhi oleh oknum yang otaknya kerdil, lidahnya tajam tapi pikirannya dangkal? Politik pun jatuh menjadi pasar gelap, tempat transaksi busuk, dan panggung dagelan yang menjijikkan.
Ketika seorang Anggota DPRD Provinsi Gorontalo dengan lantang mengatakan: ‘Merampok uang negara, agar negara jadi miskin,’ itu bukan sekadar kalimat nyeleneh. Itu adalah manifestasi mental perampok yang sudah menjelma jadi logika politik.
“Dari ucapan itu, kita bisa membaca betapa kotor dan busuknya cara pandang seorang wakil rakyat terhadap negara yang harusnya ia bela” kata Reksa Umar Presiden BEM UNG 2025
Lanjut Reksa, rakyat setiap hari bekerja mati-matian, dari pagi sampai malam, membayar pajak, menanggung beban hidup yang semakin mencekik. Tetapi di kursi empuk parlemen, ada pejabat yang justru menormalisasi perampokan. Inilah wajah politik akrobatik, di mana moral diinjak, nalar dipelintir, dan uang negara dianggap warisan pribadi.
Wakil Presiden BEM Gupran Yatitala “Mereka lupa, uang negara itu bukan milik pribadi. Itu adalah titipan keringat rakyat. Setiap rupiah di APBD adalah hasil jerih payah petani, nelayan, pedagang kecil, buruh, dan semua rakyat yang berjuang. Tapi di tangan mereka, anggaran berubah jadi bancakan, negara diperlakukan seperti sapi perah, dan rakyat hanya jadi penonton di arena rampok berjamaah”
Kalimat itu ‘merampok uang negara agar negara jadi miskin’ bukan sekadar guyonan. Itu adalah bentuk pembusukan politik, pembusukan moral, dan pembusukan institusi. Itu tamparan keras bagi akal sehat. Kalau logika perampok sudah duduk di kursi dewan, jangan heran kalau rakyat terus digiring jadi miskin, sementara pejabatnya semakin rakus” Imbuh Gufran
Kita harus sadar, bangsa ini tidak miskin karena rakyat malas. Bangsa ini miskin karena pejabatnya rakus. Bangsa ini tidak hancur karena sumber daya kurang, tapi karena para wakil rakyat justru berubah jadi parasit yang menggerogoti dari dalam.
Inilah saatnya kita bersuara. Jangan biarkan politik berubah total jadi teater para perampok. Jangan biarkan rakyat terus jadi korban. Sebab sekali kita diam, maka kata-kata ‘merampok uang negara agar miskin’ akan berubah jadi kenyataan yang kita tanggung bersama." Tutup Reksa. (Ren)