Go-Pena Baner

Saturday, 01 November, 2025

Rachmat Gobel Dorong Pengembangan Kedelai di Gorontalo, Gandeng Walikota Sukabumi

Responsive image
Anggota Komisi VI DPR RI Rachmat Gobel bersama Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki menghadiri pencanangan demplot budidaya kedelai di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo,Kamis (30/10/2025)

Gorontalo — Anggota Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel, menghadiri kegiatan pencanangan demplot budidaya kedelai di Desa Sidoharjo, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo, bersama Wali Kota Sukabumi H. Ayep Zaki, Kamis (30/10/2025).

Kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam upaya mengembangkan sektor pertanian, khususnya tanaman kedelai lokal, untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan mendorong peningkatan kesejahteraan petani di Gorontalo.

Dalam sambutannya, Rachmat Gobel menegaskan komitmennya untuk menjadikan kedelai sebagai salah satu komoditas unggulan yang dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Ia mengaku sudah lama memperjuangkan agar Indonesia mampu mengurangi impor bahan pangan strategis seperti beras dan kedelai sejak menjabat sebagai Menteri Perdagangan.

“Saat saya jadi Menteri Perdagangan, saya menahan impor beras dan berbagai komoditas lainnya. Karena kalau kita terus buka impor, daya tahan petani kita akan melemah. Saya ingin agar pertanian Indonesia bisa mandiri,” tegas Gobel.

Politisi Partai NasDem asal Gorontalo ini juga menyinggung persoalan kemiskinan di daerahnya. Berdasarkan data yang diterimanya, tingkat kemiskinan di beberapa wilayah Gorontalo masih mencapai 65 persen. Hal itu, menurutnya, tidak boleh dibiarkan terus terjadi.

“Sebagai orang Gorontalo, saya punya tanggung jawab moral untuk ikut memecahkan masalah kemiskinan di sini. Di periode kedua saya sebagai anggota DPR ini, saya ingin fokus mendorong pertanian dan membangun ekonomi desa,” ujarnya.

Rachmat Gobel juga mengungkapkan bahwa kerja sama dengan Walikota Sukabumi, H. Ayep Zaki, berawal dari kesamaan visi dalam mengembangkan industri tahu dan tempe berbasis kedelai lokal. Menurut Gobel, Indonesia sebenarnya mampu menghasilkan kedelai berkualitas tanpa perlu bergantung pada impor.

“Pak Ayep ini pelaku industri tahu dan tempe. Saya ini pemakan tahu dan tempe, jadi langsung nyambung. Kalau di Jepang, tempe sudah jadi makanan utama. Kenapa di kita tidak bisa? Karena bahan bakunya, kedelai, masih impor. Ini yang mau kita ubah,” kata Gobel.

Lebih lanjut, Gobel menjelaskan rencananya untuk membina 10 desa di Gorontalo sebagai desa binaan pertanian terpadu, meliputi pengembangan komoditas seperti kedelai, kopi, bambu, cokelat, dan kacang tanah. Sebagian dari desa itu juga akan diarahkan menjadi desa agrowisata yang bernilai ekonomi tinggi.

“Saya ingin desa-desa ini tidak hanya produktif secara pertanian, tapi juga menjadi destinasi wisata berbasis alam dan ekonomi kreatif. Salah satunya melalui program Koperasi Desa Merah Putih yang saya dorong untuk mengelola bibit, pupuk, hingga alat pertanian,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Gobel juga memastikan bahwa bantuan alat pertanian seperti hand tractor dan traktor roda empat akan kembali disalurkan kepada kelompok tani dan koperasi di Gorontalo. Ia menegaskan bahwa pengelolaan alat dan modal usaha akan dilakukan secara koperatif agar manfaatnya lebih merata.

“Semua bantuan harus dikelola oleh koperasi. Petani yang menjadi anggota koperasi akan mendapatkan akses modal, alat, dan bibit. Keuntungan koperasi juga akan dibagi kembali kepada anggota. Ini sistem yang sehat dan adil,” tandasnya.

Rachmat Gobel menutup sambutannya dengan ajakan kepada seluruh petani untuk mendukung gerakan penanaman kedelai ini sebagai simbol kerja sama antara Gorontalo dan Sukabumi.

“Mari kita mulai dengan niat yang sama. Penanaman kedelai hari ini bukan sekadar kegiatan seremonial, tapi simbol persahabatan dan semangat kemandirian bangsa. Kalau kita kompak, saya yakin Gorontalo akan bangkit,” pungkasnya. (*)


Share