Go-Pena Baner

Saturday, 27 July, 2024

Masa Tegang

Responsive image
Istimewa

GORONTALO - Masa kampanye telah berakhir. Semua baliho, pamflet, spanduk, banner dan Alat Peraga Kampanye (APK) lainnya pun mulai ditertibkan oleh petugas berwenang.

Tak ada lagi teriakan nomor urut maupun nama calon yang menggelegar di setiap sudut keramaian kota, desa, lapangan, hingga gang-gang pemukiman.

Hampir di semua tempat nampak mulai dibangun tenda-tenda. Bukan tenda untuk menggelar kampanye lagi, melainkan persiapan untuk Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Ini pertanda bahwa pesta demokrasi sesungguhnya akan segera dimulai. Ya, tinggal dua hari lagi atau tepatnya tanggal 14 Februari 2024 hajatan politik lima tahunan itu akan diselenggarakan. Hari dimana suara seluruh masyarakat se-tanah air akan menentukan arah masa depan bangsa.

Semua masyarakat begitu gembira menyambut hari itu. Masa tenang yang diberikan ini menjadi waktu yang tepat bagi mereka untuk memikirkan secara matang, kepada siapa suara ini akan diberikan.

Tapi tidak dengan para tim sukses, tim pemenangan, simpatisan, terlebih lagi para calon-calon yang berkompetisi di ajang Pileg maupun Pilpres saat ini.

Detakan jantung mereka saat ini mungkin lebih cepat dari biasanya. Rasa was-was, khawatir, curiga, campur aduk jadi satu.

Secara manusiawi, ini hal lumrah. Semua orang pasti merasakan hal yang sama ketika menjelang hari H. 

Tak hanya dalam konteks pemilu saja. Karena pada kenyataannya semua hari H itu pasti menegangkan. Katakanlah hari H akad nikah, lahiran, hari H Ujian Nasional, Sidang Skripsi, bahkan sejak masih kanak-kanak (lelaki muslim) pun sudah merasakan bagaimana ketegangan jelang hari H khitanan.

Mungkin perbedaannya, kalau menjelang hari H Pemilu, kadar ketegangan setiap calon itu berbeda-beda. Dimana ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, mulai dari gengsi, pertarungan harga diri, karir politik, Cost Politik, dan faktor-faktor lainnya.

Sehingga itu, momen menjelang hari H ini sangat tinggi potensi terjadinya "gerakan-gerakan tambahan" yang dilakukan oleh para peserta pemilu untuk mempengaruhi pilihan politik masyarakat. Cara-cara lama yang sampai saat ini masih menjadi momok bagi demokrasi. (ayi)


Share