Go-Pena Baner

Tuesday, 28 January, 2025

Buka Festival Budaya 'Benteng Orange/Leiden', Bupati Thariq Modanggu : Bukti Sejarah yang Harus Dilindungi dan Dilestarikan

Responsive image
Bupati, Thoriq Modanggu bersama OPD Gorontalo Utara pada Festifal Budaya Benteng Orange/Leiden.

KWANDANG (Go-Pena.id) - Benteng Orange (Leiden) adalah salah satu warisan hasanah yang dimiliki Kabupaten Gorontalo Utara yang berdiri pada tahun 1570-an. Tidak hanya 1 Benteng saja yakni Benteng Orange (Leiden), adapula benteng Kota Maas yang berlokasi di Desa Cisadane, kecamatan Kwandang.

Sehingga situs Budaya sejarah ini perlu dilestarikan dan dikembangkan sebagai salah satu destinasi wisata budaya sejarah. Hal tersebut disampaikan Bupati Gorontalo Utara, Thariq Modanggu saat menghadiri sekaligus membuka acara Festival Budaya Tingkat Kabupaten Gorontalo Utara tahun 2022, Sabtu (19/11) kemarin.

Bertempat di kawasan Benteng Orange (Leiden), acara yang diselenggarakan oleh kementerian Pendidikan RI bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Gorut ini dihadiri oleh Sekda Gorut, Sulaman Lakoro, Pimpinan OPD, para camat, kepala desa dan unsur/tokoh masyarakat di desa Jembatan Merah. 

Dalam sambutannya, Thariq Modanggu menjelaskan bahwa kegiatan Festival Budaya ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya melalui dukungan Kementerian Pendidikan RI. Dengan berlokasi yang sama dengan penyelenggaraan tahun sebelumnya, menandakan bahwa benteng orange memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat spesial dimata dunia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya Tim peneliti benteng leiden dan Benteng kota Maas oleh Balai Arkeologi Sulut beberapa waktu yang lalu. "Ya, Belum lama ini ada sejumlah penelitian lanjutan lebih detail tentang benteng Orange yang diyakini dibangun bangsa portugis atau belanda ini. Sehingganya, muncul sebutan Benteng Leiden sebagai bukti sejarah bahwa benteng ini telah dibangun pada abad ke-16 SM tepatnya 1500-an tahun yang lalu," Jelas Bupati Thariq.

Thariq pun mengungkapkan ada 3 hal yang perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dalam memajukan kebudayaan Daerah. 

"Pertama, bahwa Gorut memiliki kekayaan yang harus di lindungi. Ini dibuktikan dengan adanya dua benteng yang cukup bersejarah dan bernilai penting bagi daerah Gorut. Tidak mungkin ada benteng jika tidak ada yang sesuatu yang harus dipertahankan dan dibela. Kekayaan akan sesuatu yang menarik minat para penjelajah negara luar. Kalau tidak ada kekayaan, tidak mungkin ada bangsa lain datang ke Gorontalo. Sejarah pun menjelaskan bangsa portugis datang ke Gorontalo melalui jalur pelabuhan kwandang. Peneliti bernama Haga dan bastian pernah meneliti tentang batato di Gorontalo," jelas bupati. 

Kedua, benteng menunjukkan bahwa daerah Gorontalo memiliki kontak dengan dunia dunia luar. Hal ini ditunjukkan oleh adanya wilayah pertambangan emas di wilayah Kecamatan Sumalata, dan kuburan makam klapert pada Abad ke-19 SM atau tahun 1877 yang lalu. 

"Ada sejumlah pihak yang datang untuk merebut atau menguasai wilayah Gorontalo. Sehingga, Jalur laut  jembatan merah adalah akses utama para bajak laut. Ketiga, Gorontalo dulu memiliki koneksi, keunggulan dan sumber daya alam yang begitu melimpah ruah. Menyadari hal tersebut bangsa penjajah mempelajari serta mendeteksi ada sesuatu yang bernilai kekayaan alam dimasa itu. Nah, dari aspek data ini kita masih sangat lemah dalam mendetail kekayaan apa yang kita miliki saat itu. Berbeda dengan para penjajah jaman dulu yang gemar mencatat dan mengarsipkan segala hal tentang daerah wilayah jajahannya. Sehingga jika kita ke negara mereka (Belanda), mereka memiliki bukti sejarah juga tentang kita. Kita kalah dalam hal catat-mencatat",jelas Bupati. 

Olehnya,  Data itu penting dalam sejarah peradaban. Jangan hanya sejarah bangsa Indonesia (Gorontalo) saja yang tercatat pada negara mereka, akan tetapi sejarah kita juga harus tercatat lengkap diseluruh wilayah Indonesia, lebih khusus di Daerah Gorontalo Utara. Pada Kegiatan Festival Budaya tahun ini yang juga merupakan wadah berbagai atraksi, tarian adat dan budaya yang ada di Kabupaten Gorontalo khususnya Gorontalo Utara, seperti tarian dana-dana, Zamrah, pentas tari Tidi, Langga/Longgo, juga di gelar FGD tentang Pemajuan Kebudayaan daerah, bazar dan kuliner khas Daerah Gorut.(*) 


Share