Go-Pena Baner

Friday, 29 March, 2024

Wonosari, Sebuah Kecamatan yang Menjadi Kiblat Kerukunan dan Moderasi Beragama di Gorontalo

Responsive image
Alkaf Prayoga Mahasiswa Komunikasi dan penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Oleh: Alkaf Prayoga

(Mahasiswa Komunikasi dan penyiaran Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo)

GO-PENA.ID-Wonosari, sebuah kecamatan di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, adalah contoh nyata dari kerukunan dan moderasi umat beragama yang ada di Indonesia. Dalam keragaman suku dan agama yang ada, masyarakat Wonosari berhasil menciptakan lingkungan yang saling menghargai dan hidup berdampingan secara damai.

Masyarakat Wonosari terdiri dari berbagai suku dan agama, antara lain Islam, Kristen, dan Hindu. Namun, meski berbeda keyakinan dan kepercayaan, mereka hidup dalam satu kesatuan yang harmonis dan saling menghormati. Toleransi dan moderasi beragama mendasari keseharian masyarakat Wonosari.

Contoh konkrit dari moderasi beragama di sana adalah kerjasama antar tokoh agama yang berbeda keyakinan dalam menjalankan acara keagamaan bersama. Dalam merayakan Idul Fitri, misalnya, para pemuka agama Islam mengajak pemuka agama Kristen dan pemuka agama Hindu untuk mengucapkan selamat dan berdoa bersama. Ini adalah momen yang sangat signifikan untuk mempererat ikatan sosial antar umat beragama.

Selain itu, forum dialog antaragama juga rutin digelar di Wonosari. Forum ini memberikan kesempatan bagi para pemuka agama dan anggota masyarakat untuk berbagi pengetahuan pengalaman dan pemahaman tentang agama masing-masing. Tujuan forum ini tidak lain untuk memperkuat pemahaman bersama tentang nilai-nilai universal yang terkandung dalam setiap agama, serta untuk menggalakkan misi perdamaian dan toleransi antar umat.

Pendidikan agama yang menitikberatkan pada nilai-nilai toleransi juga menjadi salah satu upaya untuk mewujudkan moderasi beragama di Wonosari. Sekolah-sekolah di wilayah ini mengintegrasikan pembelajaran agama dengan penekanan pada pentingnya menghargai perbedaan dan hidup rukun. Melalui pendidikan tersebut, generasi muda yang didominasi etnis Jawa itu diajarkan untuk menghargai keberagaman agama dan memahami bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga bersama.

Kehadiran moderasi beragama di kecamatan penghasil komoditas gula tebu itu  tidak hanya menciptakan keharmonisan sosial tetapi juga mendukung pengembangan ekonomi dan pariwisata daerah. Wonosari merupakan destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan yang tertarik melihat keragaman agama dan budaya hidup berdampingan secara damai.

Dimasa pergolakan dan konflik agama yang berkembang, pengendalian agama di Wonosari harusnya menjadi contoh inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Wonosari menunjukkan bahwa dengan saling menghormati, toleransi dan dialog antaragama kita bisa hidup rukun meski berbeda agama dan keyakinan.

Masyarakat Wonosari terus berupaya menjaga dan mengembangkan moderasi beragama sebagai warisan berharga bagi generasi mendatang. Keteladanan yang ditunjukkan oleh  masyarakat Desa Wonosari diharapkan dapat dijadikan contoh bagi masyarakat lainnya dalam mewujudkan kehidupan multikultural yang harmonis dan inklusif.


Share