UNG - Perkembangan teknologi membuat banyak hal jadi lebih mudah, termasuk di dunia pendidikan. Salah satunya dengan hadirnya kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT. Namun, kemudahan ini membuat sebagian mahasiswa jadi terlalu bergantung dan menyerahkan semua tugas ke AI.
Dosen Literasi Digital dan Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Gorontalo, Sartika, S.Pd.,M.Pd., memyamppaikan, bahwa mahasiswa untuk tetap memerdekakan pikirannya. Menurutnya, kemerdekaan bukan hanya soal fisik, tapi juga kemampuan berpikir mandiri di era digital.
"ChatGPT itu hanya teman berpikir, bukan dijadikan pedoman, apalagi sampe disuruh mengerjakan semua tugas mahasiswa. Kalau semua dikerjakan AI, sama saja membohongi diri sendiri," ujarnya di Kampus 4 Universitas Negeri Gorontalo, Selasa (19/8/2025).
Eka menambahkan bahwa situasi penggunaan AI ini cukup memprihatinkan. Banyak mahasiswa menyerahkan sepenuhnya tugas kepada ChatGPT. Padahal, hal ini bisa membuat kemampuan mereka berpikir dan mencari ide sendiri semakin lemah.
Ia menegaskan, mahasiswa boleh memanfaatkan AI sebagai sumber referensi. Namun penggunaannya harus bijak, agar teknologi bisa membantu belajar, bukan justru membuat malas berpikir.
"Kita tidak bisa menutup mata dengan perkembangan teknologi. Kita memang harus beradaptasi dan hidup berdampingan dengan AI, tapi tetap harus tahu batasnya," jelasnya.
Eka berharap mahasiswa agar tetap kritis, kreatif, dan bijak dalam memanfaatkan teknologi, "Semoga kita semua nerdeka dalam arti yang sesungguhnya, bebas tapi bertanggung jawab," tutupnya. (Ren)