GOPENA.ID - Bahasa Gorontalo semakin terpinggirkan dan terancam punah karena semakin sedikit masyarakat, terutama generasi muda, yang menggunakan bahasa daerah ini dalam komunikasi sehari-hari.
Tim peneliti Revitalisasi Bahasa Gorontalo Universitas Negeri Gorontalo (UNG), yang diketuai oleh Prof. Dr. Dakia N Djou, menemukan dalam risetnya tahun 2024 bahwa eksistensi bahasa Gorontalo kini termasuk rentan dalam kepunahan.
Berdasarkan kajian riset tim akademisi, Jafar Lantowa, S.Pd.,M.A. selaku bagian dari tim peneliti, menyampaikan penggunaan bahasa Gorontalo pada masyarakat pesisir Teluk Tomini Gorontalo semakin jarang. Hasil penelitian menunjukkan, banyak masyarakat hanya mengerti artinya, tapi tidak lagi mampu bertutur dengan lancar, hal ini juga terjadi pada kalangan anak muda.
Dari riset, fenomena ini terlihat di wilayah Teluk Tomini, di mana siswa SD hingga SMA jarang menggunakan bahasa Gorontalo dalam percakapan sehari-hari.
"Tim akademisi sudah pernah meninjau langsung, turun dan memperhatikan anak-anak di daerah Teluk Tomini hanya bisa paham tapi tidak bisa bertutur bahasa Gorontalo," ungkap Jafar Lantowa.
Untuk mencegah kepunahan, Jafar mengusulkan adanya forum group discussion (FGD) bersama Anggota DPR RI, Dinas Pendidikan, Kantor Bahasa, dan perpustakaan daerah, serta instansi lainnya.
Hasilnya nanti akan menjadi rekomendasi kebijakan pelestarian bahasa Gorontalo bagi generasi muda melalui kurikulum di sekolah
"Bahasa Gorontalo ini tidak akrab lagi pada anak muda, untuk itu kami berupaya, bersinergi agar bahasa daerah bisa terus eksis, dari kami akademisi juga berharap adanya pembukaan Prodi Bahasa dan Sastra Gorontalo di perguruan tinggi, agar bisa mencetak guru bahasa daerah.
Alhamdulillah pimpinan kampus sudah merespons positif dan ikut mengupayakan juga," ujarnya saat diwawancarai di UNG Kampus 1, Selasa (12/8/2025).
Lebih lanjut Jafar berharap bahasa Gorontalo juga diajarkan di sekolah melalui kurikulum khusus, agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.