Oleh
Dr. Funco Tanipu, S.T., M.A
Dosen Sosiologi FIS UNG
KEMARIN, tepatnya Jum’at pagi tanggal 16 September 2022, saat sarapan pagi di kediaman pribadi Rektor UNG Pak Eduart Wolok, Pak Menteri Prof. Dr. Zainudin Amali bernostalgia dengan menu kuliner khas Danau Limboto seperti Manggaba’i, Hulu’u, Tola, Payangga, Diniyohu, Barlian, hingga ikan Bulala’o yang sudah sangat jarang ditemui.
Di sela-sela itu, Pak Menteri menyampaikan kalau amanahnya sebagai Menteri membuat dia wajib menjadi seorang yang profesional, bukan sebagai politisi lagi, walaupun latar belakangnya sebagai politisi.
Ia dituntut mewujudkan implementasi Desain Besar Olah Raga Nasional (DBON) yang telah dituangkan dalam Perpres No. 86 Tahun 2021.
DBON merupakan dokumen rencana induk yang berisikan arah kebijakan pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional yang dilakukan secara efektif, efisien, unggul, terukur, sistematis, akuntabel, dan berkelanjutan dalam lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, dan industri olahraga.
Adapun tujuan dari DBON adalah untuk meningkatkan budaya olahraga di masyarakat; meningkatkan kapasitas, sinergitas, dan produktivitas olahraga prestasi nasional; serta memajukan perekonomian nasional berbasis olahraga.
Peta jalan DBON disusun dalam lima tahapan periode tahun 2021-2045 berdasarkan periode DBON, yaitu 2021-2024, 2025-2029, 2030-2034, 2035-2039, dan terakhir 2040-2045. Hingga pada 100 Tahun Kemerdekaam RI, Indonesia diharapkan bisa menjadi leader di sektor olah raga.
“Jadi, untuk berkomentar terkait politik, saya off dulu, saya fokus pada arahan Presiden dan amanah saya hingga tahun 2024”, begitu penegasan Pak Menteri kemarin sambil menyaksikan Ta No’u yang memasak pisang goreng dengan tangan kosong.
Selain telah menetapkan fondasi olah raga nasional, Prof Zainudin Amali juga setidaknya telah bisa mewujudkan tata kelola organisasi di internal Kemenpora dengan membukukan prestasi tiga kali meraih Opini WTP dari BPK RI. Walaupun hal itu adalah “standar normatif” bagi sebuah organisasi pemerintahan, tapi bagi Kemenpora hal itu adalah sebuah prestasi yang luar biasa, sebagaimana apa yang telah kita saksikan sebelum Prof Zainudin memimpin Kemenpora.
“Pokoknya sampai kedepan, saya masih fokus “korja-korja” untuk Indonesia”, demikian tutup Menpora dengan logat khas Gorontalo sambil senyum lebar menikmati Payangga goreng rica, menu kuliner masa kecilnya di pinggir Danau Limboto.(*)