Go-Pena Baner

Thursday, 21 November, 2024

Eufemisme

Responsive image
Fanridhal Engo, S.H., aktivis/jurnalis Gorontalo Utara

GO-PENA.ID-Apa itu eufemime? Definisi Kamus Besar Bahasa Indonesa (2005): "ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau tidak menyenangkan, misalnya meninggal dunia untuk mati". Kata ini sebenarnya berasal dari kata Yunani Kuno, euphemos 'sounding good' atau 'enak didengar'.

Hal yang menarik adalah, umumnya masyarakat mengartikan bahwa eufemisme adalah sebuah sifat bicara munafik. Benarkah? Eufisme ini pada dasarnya adalah bagian dari adat bahasa yang ada disemua kebudayaan dan merupakan bagian dari tatakrama atau sopan santun bahasa dalam pergaulan antar personal. Baik pada poros kekuasaan (kelas sosial, jabatan, atau usia) maupun solidaritas--formal maupun akrab. Pada poros birokrasi, atasan tidak serta merta sembarangan berbicara kepada bawahannya. Perlunya menggunakan ungkapan eufisme sebagai bentuk sopan santun dalam berbahasa. Misal, "saya turut berduka atas meninggalnya si fulan" alih-alih: "saya berduka atas matinya si fulan".

Saat mencari rumah kawan dikomplek perumahan, kita bertanya dan dijawab "kurang tahu" yang artinya "tidak tahu". Hal itu eufemisme. Eufemisme adalah pemakaian bahasa untuk memberikan rasa yang menyenangkan dan tidak menampar muka lawan bicara. Jangan dikira eufemisme cuma ada dalam adat kita (Indonesia). Bahas Inggris pun punya sopan santun, misalnya 'not very bright' untuk 'stupid' dan 'to pass away' untuk 'dead'.

Eufimesme dipakai berlandaskan prinsip saling menghargai. Jadi, janganlah serta merta mencerca bahwa menggunakan ungkapan eufemistis itu tindakan munafik. Saat seorang junior (organisasi) menemui senior yang kaya ia tidak berkata: "kak, tolong kami diberi dana untuk kegiatan besok". Ia akan bilang, "kak, besok ada kegiatan, biasanya kami butuh anggaran untuk konsumsi" senior tadi paham si junior meminta sumbangan dan tidak memandang si junior munafik. Komunikasi sosial sangat memerlukan tatakramah berbahasa agar kehidupan sosial tetap stabil. Dasar komunikasi sosial adalah saling menghargai. Anggota masyarakat umum memahami kerangka acuan penafsiran eufemisme.

Bagaimana dengan komunikasi politik? eufemisme terkadang menghindari ketakberterimaan dari sasaran komunikasi. Jangan dikira gejala ini tidak terjadi dalam sistem pemerintahan reformasi, ungkapan resmi pemekaran berarti 'pemecahan satu wilayah menjadi dua'. Akan tetapi, kata pemecahan ini (andaikan dipakai) tidak cocok dengan kultur NKRI. Tentu saja kita tidak dilarang menghapus secara publik sebuah pernyataan eufemisme. Ini urusan demokrasi dalam politik. Yang perlu kita pahami: eufemisme adalah bagian dari hidup bermasyarakat dan berkebudayaam bermasyarakat berdasarkan prinsip saling menghargai. Jadi, ini bukan penyakit.

 


Share