Go-Pena Baner

Thursday, 21 November, 2024

Bahasa Gaul dan Kaum Milenial

Responsive image
Wa Ode Irawati - Dosen FSB UNG

BAHASA didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2010). Bahasa berkembang cepat dari masa ke masa, termasuk bahasa Indonesia. Di Indonesia, bahasa Indonesia menjadi identitas nasional dan harus diutamakan penggunaannya. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia harus digunakan dengan baik dan benar oleh masyarakat. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam yang dihasilkan oleh kreativitas manusia. Salah satunya adalah bahasa gaul.

Bahasa gaul adalah gaya bahasa yang merupakan perkembangan atau modifikasi dari berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia sehingga bahasa gaul tidak memiliki sebuah struktur gaya bahasa yang pasti (Suminar, 2016). Bahasa gaul tumbuh dan berkembang di waktu dan tempatnya masing-masing, tergantung pada kebiasaan dan lingkungan sekitarnya. Bahasa gaul berkembang sesuai dengan trend yang ada pada suatu massa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudana (Theodora, 2016) yang menyatakan ragam bahasa gaul tidak konsisten digunakan oleh penuturnya karena dapat dikatakan sebagai bahasa musiman karena apabila satu periode tertentu telah berlalu maka bahasa atau istilah tersebut tidak lagi digunakan atau dapat dikatakan bahasa itu mengikuti trend yang sedang ada pada saat itu.

Penutur bahasa gaul banyak ditemukan di kalangan remaja sebagai kaum milenial.Sebagian besar kata-kata dalam bahasa gaul merupakan terjemahan, singkatan, maupun pelesetan. Adanya penggunaan bahasa gaul tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor lingkungan dan media sosial. Lingkungan menjadi faktor penting dalam perkembangan bahasa gaul. Dalam berkomunikasi, para penutur bahasa gaul rmenciptakan kode-kode sendiri, sehingga sering terjadi penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia. Mereka banyak mengubah kosakata bahasa Indonesia menjadi kosakata bahasa gaul dengan alasan kekinian.

Selain itu, media juga sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa gaul. Di zaman yang serba canggih ini, mengantarkan kita pada kemudahan dalam mengakses berbagai macam informasi, terutama melalui internet. Internet dapat diakses oleh siapa saja tanpa terikat ruang dan waktu. Melalui media sosial, masyarakat, khususnya kaum milenial dapat mengakses berita, iklan, video, film, dan lain-lain. Dalam media tersebut tentu menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan maksud kepada pembaca atau pendengar, baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan. Kemudahan yang diperoleh ini membuat para remaja sebagai generasi muda yang milenial terlena dan terhanyut terhadap hal yang dibaca dan didengarkan. Hal inilah yang mengakibatkan generasi muda ikutmenggunakan bahasa gaul dengan mudah.

Kosakata bahasa gaul membuat perubahan dalam struktur bahasa Indonesia, baik dari aspek fonologi, morfologi, sintaksis, maupun metatesis. Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa. Dalam kasus bahasa gaul, perubahan struktur bahasa dalam bentuk fonologi dapat terlihat pada beberapa kata, misalnya pada kata ‘sudah’. Kata ‘sudah’ jika dituturkan dalam bahasa gaul, maka mengalami perubahan fonem  dengan menghilangkan  fonem /s/ dan /u/ pada awal kata sehingga menjadi ‘dah’ yang berarti ‘sudah’. Kata ‘mengada-ngada’,  jika dituturkan dalam bahasa gaul, maka mengalami perubahan fonem  dengan mengganti fonem /a/ pada akhir kata menggunakan fonem /i/, sehingga kata tersebut berubah bunyi menjadi ‘mengadi-ngadi’. Selain itu, terdapat beberapa kosakata bahasa Indonesia yang dituturkan dalam bahasa gaul dengan menerapkan campur kode, dalam hal ini keinggris-inggrisan. Contoh,‘zuzurly’. Kata ‘zuzurly’ berasal dari kata ‘jujur’ (yang mengalami penggantian fonem /j/ menjadi fonem /z/)  lalu ditambah ‘ly’. Dalam bahasa Inggris, ‘zuzurly’ sama dengan ‘honestly’. ‘Jujur’ dalam bahasa Indonesia bermakna ‘tidak berbohong, berkata apa adanya’, sedangkan ‘ly’ dalam bahasa Inggris digunakan ketika ingin membentuk adverb of manner (keterangan cara) dari adjectivenya. Berdasarkan hal tersebut, maka kata ‘zuzurly’ dapat bermakna ‘dengan jujur’, ‘secara jujur’, atau ‘sejujurnya’.

Morfologi, ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata dan dan morfem tertentu. Dalam kasus bahasa gaul yang sering digunakan oleh remaja di Indonesia, perubahan bentuk kata sering dijumpai, misalnya, ‘mengsedih’ dan ‘mengcapek’. Secara morfologi kata-kata tersebut merupakan kata dasar yang dibubuhi imbuhan. Kata ‘mengsedih’, jika dilihat dari unsur pembentuknya, maka terdiri dari kata ‘sedih’ dan diberi awalan ‘meng’. Kata ini digunakan oleh penutur bahasa gaul untuk menyatakan ‘kesedihan’.Sekilas terlihat normal-normal saja. Namun, perlu diketahui bahwa pada kata tersebut, penggunaan awalan ‘meng-‘ tidak tepat karena tidak sesuai dengan kaidah afiksasi yang sudah ditetapkan. Bunyi ‘meng-‘ pada kata berimbuhan terjadi ketika awalan ‘me-‘ dibubuhkan pada kata-kata dasar yang huruf awalnya vokal atau huruf awalnya ‘k’. Contoh, “me- + ubah” menjadi ‘mengubah’, “me- + kupas” menjadi ‘mengupas’ (huruf ‘k’ pada kata ‘kupas’ luluh atau hilang ketika diberi imbuhan ‘me-‘, sehingga berubah bunyi menjadi ‘meng-‘). Kata yang tepat untuk menggantikan ‘mengsedih’ adalah ‘bersedih’ atau ’menyedihkan’. Begitu pula dengan kata ‘mengcapek’, tanpa imbuhan pun sudah bisa digunakan utuk menunjukkan rasa lelah. Jika ingin menggunakan imbuhan, maka dapat memilih kata ‘lelah’ (maknanya sama), sehingga dapat menjadi ‘melelahkan’.

Metatesis, perubahan susunan huruf pada suatu kata, misalnya pada kata ‘bang’ yang diubah menjadi ‘ngab’ dan masih banyak contoh kosakata lain dalam bahasa Indonesia yang mengalami metatesis. Beberapa contoh kata-kata dalam bahasa gaul tersebut menunjukkan bahwa kesalahan berbahasa banyak terjadi, namun selalu berlindung di balik kedok kekinian. Kekinian dan tren, istilah yang selalu menjadi peluru bagi kaum milenialketika mendapat serangan kesalahan berbahasa. sebenarnya, bahasa gaul sebagai salah satu ragam bahasa dapat menambah kekayaan ragam bahasa Indonesia. Milenial dan bahasa gaul tidak dapat dipisahkan. Menggunakan bahasa gaul sah-sah saja, tetapi bahasa Indonesia dengan baik dan benar harus diutamakan. Milenial yang keren adalah milenial yang bijak menggunakan bahasa.(*)


Share