Go-Pena Baner

Monday, 16 September, 2024

PELESTARIAN 'LOHIDU' MELALUI SATUAN PENDIDIKAN

Responsive image
Harto Malik

Oleh : Harto Malik

Dosen Universitas Negeri Gorontalo

 

Lohidu adalah salah satu jenis pantun tradisional khas Gorontalo yang menambah keragaman budaya lisan di daerah ini. Selain lohidu, terdapat juga pantun lain seperti Paatungi dan Pa’iya Lohungo Lopoli yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Ketiga jenis pantun ini mencerminkan kekayaan sastra lisan Gorontalo yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pentingnya melestarikan lohidu dan pantun lainnya semakin nyata di era modern ini, di mana penuturnya sudah sangat kurang. Oleh karena itu, peran satuan pendidikan dalam pelestarian pantun ini menjadi sangat penting.

Lohidu, seperti pantun Melayu dan pantun dari berbagai daerah lain di Indonesia, mengunakan Bahasa Gorontalo yang memiliki struktur dan fungsi yang mirip, meskipun cara penyampaiannya bisa bervariasi. Pantun ini biasanya terdiri dari empat baris berirama yang bertujuan menyampaikan pesan moral, nasihat, atau hiburan. Salah satu keunikan lohidu adalah penyampaiannya yang dinyanyikan dengan iringan alat musik tradisional seperti gambus, menjadikannya tidak hanya sebagai puisi lisan, tetapi juga bagian dari seni pertunjukan yang hidup. Seorang sarjana Jerman, Bezemer dalam bukunya “Volsdichtung Aus Rodel: Sagen, Tierfablen und Marchen (1904)  menyebut lohidu Gorontalo sebagai liebeslied atau tembang cinta. Irama dan melodi yang mengiringi lohidu menambah kedalaman pesan yang disampaikan, sehingga lebih mudah diingat dan dihayati oleh pendengar. Oleh karena itu, melestarikan pantun seperti lohidu dalam pendidikan dapat menjadi cara efektif untuk mengenalkan generasi muda pada kekayaan seni dan budaya Gorontalo yang turut memperkaya budaya nasional.

Lohidu berperan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Gorontalo sebagai media hiburan, sekaligus sarana menyampaikan pesan, sindiran, atau nasihat dengan cara yang halus dan bijaksana. Pantun tradisional ini memiliki struktur khas empat baris, di mana dua baris pertama disebut sampiran yang memberikan gambaran awal, sedangkan dua baris berikutnya adalah isi yang menyampaikan pesan utama. Pola rima yang umumnya ABAB menambah keindahan dan memudahkan untuk diingat, meskipun beberapa lohidu menggunakan pola rima AABB. Lohidu efektif sebagai alat komunikasi karena dapat menyampaikan pesan moral tanpa menggunakan kata-kata kasar. Memasukkan lohidu dalam kurikulum pendidikan merupakan cara yang baik untuk mengajarkan nilai-nilai sosial, moral, dan etika kepada siswa melalui media yang dekat dengan budaya lokal. Berikut contoh lohidu dan makna yang dimaksud.

 

Sambe gaga lobayamu,                         Sungguh cantik parasmu,

Odutua lo hulawa.                                 Ketika dihiasi dengan emas.

Tingga loli hilamu,                                 Karena hatimu tak sudi,

diila lo’omatawa.                                   Kita berdua tidak jadi bertunangan.

Kurikulum Merdeka yang diterapkan di Indonesia memberikan fleksibilitas kepada satuan pendidikan untuk memasukkan materi muatan lokal ke dalam kurikulum pembelajaran. Hal ini merupakan langkah strategis dalam menjaga dan melestarikan kekayaan budaya lokal yang ada di berbagai daerah. Melalui muatan lokal, siswa dapat belajar tentang warisan budaya yang ada di lingkungan mereka, sekaligus mengembangkan kebanggaan terhadap identitas daerah. Pengenalan budaya lokal dalam kurikulum juga berperan penting dalam membentuk karakter siswa yang menghargai keberagaman budaya. Dengan demikian, Kurikulum Merdeka tidak hanya menekankan aspek akademis, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya yang kaya kepada generasi muda.

Lohidu, sebagai bagian dari budaya Gorontalo, memiliki potensi besar untuk dimasukkan sebagai materi muatan lokal dalam Kurikulum Merdeka. Tujuan ini tidak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga untuk mengenalkan siswa pada kekayaan sastra lisan sebagai bagian penting dari identitas budaya Gorontalo. Melalui pembelajaran lohidu, siswa dapat memahami nilai-nilai moral, sosial, dan etika yang terkandung dalam setiap baitnya, serta meningkatkan apresiasi mereka terhadap seni dan budaya tradisional melalui praktik langsung. Selain itu, promosi intensif lohidu melalui festival budaya, lomba pantun, dan media digital sangat penting untuk memperkenalkan tradisi ini kepada masyarakat luas, terutama generasi muda. Dengan promosi yang tepat, lohidu dapat menjadi bagian dari identitas budaya yang dihargai oleh masyarakat dan juga membuka peluang bagi pengembangan pariwisata budaya di Gorontalo. Oleh karena itu, memasukkan lohidu dalam muatan lokal dan mempromosikannya secara luas merupakan langkah penting dalam pelestarian warisan budaya serta pembentukan generasi muda yang berakar pada nilai-nilai budaya mereka.

Salah satu langkah efektif dalam melestarikan lohidu di kalangan generasi muda adalah dengan memasukkan materi lohidu ke dalam kegiatan intrakurikuler di sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya mengenal teori tentang lohidu, tetapi juga berkesempatan untuk mempraktikkan dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kegiatan intrakurikuler ini dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Seni Budaya, atau Muatan Lokal. Dengan belajar lohidu secara langsung dalam kelas, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang warisan budaya ini. Hal ini juga mendorong siswa untuk lebih menghargai dan melestarikan budaya lokal.

Pertunjukan lohidu yang diselenggarakan di sekolah juga merupakan cara untuk mempraktikkan langsung pembelajaran yang telah diajarkan di kelas. Dalam pertunjukan ini, siswa tidak hanya belajar untuk tampil di depan umum, tetapi juga bekerja sama dalam tim dan menghargai karya seni tradisional. Melalui pertunjukan, nilai-nilai yang terkandung dalam lohidu dapat disampaikan secara lebih efektif kepada audiens yang lebih luas, termasuk sesama siswa dan masyarakat sekolah. Selain itu, pertunjukan lohidu juga dapat menjadi sarana untuk mempromosikan budaya Gorontalo di kalangan siswa yang mungkin belum familiar dengan tradisi ini. Oleh karena itu, sekolah perlu menjadikan pertunjukan lohidu sebagai agenda rutin yang melibatkan partisipasi aktif siswa.

Lomba lohidu antar siswa dapat menjadi cara untuk menumbuhkan semangat kompetitif sekaligus memupuk kecintaan terhadap budaya lokal di kalangan siswa. Dengan mengadakan lomba, siswa didorong untuk mengasah kreativitas dan kemampuan mereka dalam menciptakan dan menyampaikan lohidu. Lomba ini juga menjadi ajang bagi siswa untuk menunjukkan bakat mereka dalam bidang sastra lisan, serta sebagai sarana untuk mengeksplorasi berbagai tema yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, lomba ini bisa menjadi platform untuk mengapresiasi karya siswa yang unggul dan memberikan penghargaan atas usaha mereka dalam melestarikan budaya. Dengan demikian, lomba lohidu dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan karakter dan budaya siswa.

Menghadirkan tukang lohidu atau ahli pantun di sekolah dapat memberikan inspirasi langsung kepada siswa tentang bagaimana lohidu diciptakan dan dipresentasikan. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan siswa, tetapi juga menghubungkan mereka dengan para pelestari budaya yang telah berpengalaman. Dalam sesi diskusi, siswa dapat bertanya dan belajar langsung dari sumbernya, sehingga pemahaman mereka terhadap lohidu menjadi lebih mendalam. Kegiatan ini juga bisa menjadi kesempatan bagi siswa untuk melihat bagaimana lohidu dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bentuk hiburan maupun sarana untuk menyampaikan pesan moral. Dengan demikian, sekolah dapat memainkan peran penting dalam menghubungkan generasi muda dengan warisan budaya mereka melalui interaksi langsung dengan para praktisi.

Di era digital saat ini, lomba pembuatan video singkat lohidu dapat juga menjadi cara efektif untuk menarik minat siswa dalam melestarikan budaya tradisional. Melalui video, siswa diajak untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam menyajikan lohidu dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh audiens luas, termasuk di media sosial. Lomba ini juga mendorong siswa untuk menggabungkan teknologi dengan tradisi, sehingga budaya seperti lohidu dapat lebih relevan dan dikenal oleh generasi muda. Selain itu, video singkat dapat menjadi media promosi yang efektif untuk memperkenalkan lohidu kepada masyarakat luas di luar lingkungan sekolah. Dengan demikian, lomba ini tidak hanya melatih keterampilan teknis siswa, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian dan promosi budaya lokal.

Penerjemahan lohidu ke dalam bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris dapat dijadikan sebagai tugas siswa yang berperan penting dalam upaya pelestarian budaya daerah. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar memahami nilai-nilai budaya yang terkandung dalam lohidu, tetapi juga terlibat langsung dalam menjaga warisan sastra lisan Gorontalo. Proyek ini dapat mengasah kemampuan bahasa dan kreativitas siswa, sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal mereka. Dengan menerjemahkan lohidu, siswa turut berkontribusi dalam memperkenalkan dan melestarikan kekayaan budaya daerah kepada generasi muda. Inisiatif ini juga dapat memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga identitas budaya di tengah arus globalisasi.

Untuk memperkuat upaya pelestarian lohidu, sekolah dapat menyelenggarakan pelatihan khusus bagi guru mengenai cara menyiapkan materi ajar dan metode mengajarkan lohidu. Pelatihan ini dapat mencakup teknik-teknik pembuatan bahan ajar lohidu, pemahaman terhadap nilai-nilai budaya yang terkandung, serta cara penyampaian yang efektif. Melalui pelatihan, guru dapat meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajarkan lohidu, sementara siswa dapat memperdalam pengetahuan dan keterampilan mereka. Pelatihan ini juga dapat melibatkan ahli budaya atau tukang lohidu sebagai fasilitator, sehingga materi yang disampaikan lebih otentik dan bermakna. Dengan demikian, pelatihan ini menjadi bagian penting dalam membentuk lingkungan pendidikan yang mendukung pelestarian dan pengembangan budaya lokal.

 


Share