Go-Pena Baner

Saturday, 21 December, 2024

BAGAIMANA PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK "SPEECH DELAY"

Responsive image
Sulastry Katili

Oleh: Sulastry Katili

(Penulis Adalah Kepala SMP 12 Kota Gorontalo)

KETERLAMBATAN bicara terjadi ketika seorang anak tidak mencapai tonggak perkembangan bicara yang diharapkan untuk usia kronologisnya. Seorang anak mungkin telah mengikuti perkembangan normal atau pola berurutan; namun, kemampuan untuk menghasilkan suara bicara   terjadi lebih lambat dari biasanya. Keterlambatan bahasa utama tidak terkait dengan defisit dalam kognisi, gangguan sensorik, atau diagnosis perkembangan, medis, atau genetik lainnya. Terkadang, seorang anak yang mengalami keterlambatan bicara dapat mengatasi dan mengejar keterlambatannya. Namun, sejumlah besar anak akan menunjukkan defisit jangka panjang terkait bahasa dalam keterampilan akademis, komunikasi sosial, regulasi emosi dan perilaku. Bahkan dampaknya mungkin termasuk kesulitan dalam mengembangkan ucapan yang dapat dimengerti, memori kerja, kosakata yang kompleks, keterampilan sosial tingkat lanjut, atau pemahaman membaca yang kuat.

Konsekuensi-konsekuensi ini mendorong perlunya identifikasi awal dan remediasi gangguan tersebut. terutama, jika digolongkan pada anak speech delay ringan, maka dapat sembuh dengan stimulasi dan pemilihan metode yang tepat, sedangkan anak dengan speechdelay sedang dan besat dibutuhkan bantuan tenaga ahli (terapis) dan tenaga medis.

Pada anak speech delay ringan, contoh kasus yang terjadi pada salah satu anak yang menderita speech delay, dan sekarang telah masuk pada usia remaja yakni 15 tahun. Anak tersebut kita singkat Namanya dengan MT. Setelah dilakukan identifikasi awal dan hasil pemeriksaan dokter, MT masuk pada anak speech delay ringan, yakni  Specific Language Impairment. Menurut Van Tiel jenis ini adalah gangguan bahasa primer yang disebabkan karena gangguan perkembangannya sendiri, tidak disebabkan oleh gangguan sensoris, neurologis, dan kognitif (intelegensi). Proses gangguan ini bisa terjadi akibat kesalahan pola asuh pada anak. sehingga dapat di stimulasi dan diterapi.

Selanjutnya, sebagaimana kita  ketahui bersama bahwa setiap anak telah memiliki LAD (language acquisition device) atau perangkat pemerolehan Bahasa yang merupakan kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai Bahasa (Chomsky 1965).  Kemudian,  faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak itu sendiri yang pertama adalah Faktor Biologis, yakni setiap anak yang lahir telah dilengkapi dengan kemampuan kodrati atau alami yang memungkinkannya menguasai bahasa. Potensi alami itu bekerja secara otomatis. Chomsky (1965) menyebut potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah Piranti pemerolehan bahasa (Language Acquisition Devives). Dengan itu, anak dapat memiliki sistem suatu bahasa yang terdiri atas subsitem fonologis, tata bahasa, kosakata, dan pragmatik, serta menggunakannya dalam berbahasa. Perangkat biologis yang menentukan anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya ada tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap. Yang kedua adalah faktor Lingkungan Sosial, dimana untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetik atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa. Atas dasar itu maka anak memerlukan orang lain untuk mengirimkan dan menerima tanda-tanda suara dalam bahasa itu secara fisik. Anak memerlukan contoh atau model berbahasa, respon atau tanggapan, secara temah untuk berlatih dan beruji coba dalam belajar bahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Dengan demikian, lingkungan sosial tempat anak tinggal dan tumbuh, seperti keluarga dan masyarakat merupakan salah satu faktor utama yang menentukan pemerolehan bahasa anak.

Dalam tahapan pemerolehan bahasa pertama menggambarkan perkembangan umum yang biasanya dilalui anak-anak saat mereka memperoleh bahasa ibu mereka selama masa kanak-kanak. Meskipun setiap anak mungkin mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan ini dengan kecepatan yang sedikit berbeda, urutan tahapan umumnya konsisten di seluruh bahasa. Berikut ini adalah tahapan umum dalam pemerolehan bahasa pertama:

1. Tahap Prelinguistik (0-12 bulan):

Pada tahapan ini anak berusia 0 s.d 12 bulan mulai mengoceh. Bayi normal akan  menghasilkan suku kata berulang seperti "ba-ba" atau "da-da" tanpa makna linguistik tertentu. Selanjutnya, yakni Mendekut: Bayi mengeluarkan suara seperti vokal yang mengekspresikan kesenangan atau kepuasan. Pada anak speech delay seperti MT, di usia 0 s.d 6 bulan belum mengoceh, namun lebih banyak menangis. Di usia 6 bulan s.d 12 bulan, MT bisa berekspresi senang namun suara yang dihasilkan tidak begitu keras. 

2. Tahap Holofrastik atau Tahap Satu Kata (12-18 bulan):

Pada tahapan ini, anak- anak normal mulai memproduksi satu kata untuk menyampaikan seluruh pikiran atau ide. Terdapat juga ucapan telegrafis, seperti kata-kata awal sering kali berfungsi sebagai ucapan telegrafis, di mana anak-anak hanya menggunakan kata-kata penting tanpa penanda tata bahasa (misalnya, "ibu," "jus," "naik").

Pada anak speech delay seperti MT belum mengalami tahapan ini, namun sudah mulai dapat berekspresi seperti menangis jika tidak senang, namun tangisannya lebih dari bayi lainnya, dan ditambah dengan gerakan- gerakan yang lebih aktif. MT pada saat menangis diusia ini, sering membolak balikkan badannya dan memerlukan waktu sedikit lama untuk meredakan tangisannya. Berbeda ketika tertawa atau senang, ekspresinya sedikit datar dan bunyi suara yang dihasilkan tidak begitu keras.

3. Tahap Dua Kata (18-24 bulan):

Pada tahap ini, anak- anak yang memiliki perkembangan normal mulai menggabungkan dua kata untuk membentuk frasa atau kalimat sederhana. Ucapan telegrafis terus berlanjut, tetapi dengan tambahan hubungan sintaksis dasar (misalnya, "ibu pergi," "jus lagi").

Bagi MT, di usia 18- 24 bulan, baru mulai menghasilkan suku kata berulang seperti "ba-ba" atau "da-da", pa- pa. Sampai pada usia 24 bulan, orang- orang terdekat belum menyadari perbedaan yang terjadi pada MT. Mereka menganggap bahwa yang terjadi pada MT masih normal- normal saja, dan MT akan dapat berbicara dan berkomunikasi sebagaimana anak lain seusianya.

4. Tahap Telegrafis (24-30 bulan):

Pada Tahap ini Perluasan kosakata yang berkelanjutan. Kosakata anak-anak berkembang pesat, dan mereka mulai menggunakan lebih banyak kata untuk mengekspresikan diri.

Diusia hampir 3 tahun, MT masih belum bisa memproduksi satu kata untuk menyampaikan seluruh pikiran atau ide. Jika ada yang dikehendaki, MT hanya menujuk sesuatu yang dinginkan dan meraih tangan orang dewasa untuk kearah yang dinginkan, bahkan jika keinginannya atau maksudnya tidak dipenuhi MT akan Menangis lebih lama, dan menggerak Gerakan badannya sangat aktif  dan berteriak- teriak marah dan orang terdekatnya memerlukan waktu yang cukup untuk membuat dia tenang.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh ahli bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak adalah faktor Lingkungan Sosial, dimana untuk memperoleh kemampuan berbahasa, seorang anak memerlukan orang lain untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Bahasa yang diperoleh anak tidak diwariskan secara genetik atau keturunan, tetapi didapat dalam lingkungan yang menggunakan bahasa.  Orang tua MT, yaitu ibu dan ayahnya dari pagi sampai sore bekerja. Ibunya sering bekerja seharian sehingga, pulang dari bekerja sering sudah kelelahan maka interaksi dan komunikasi verbal dengan MT tidak maksimal. Ayah MT juga, tergolong orang yang pendiam, kadangkala nanti diajak berbicara baru bercakap- cakap. Dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya, sampai pada usia 24 bulan mereka menggap kondisi MT masih dianggap wajar dan normal.

5.         Tahap Perluasan Bahasa (30+ bulan):

 Perluasan panjang dan kompleksitas kalimat: Anak-anak mulai memproduksi kalimat yang lebih panjang dan lebih kompleks, dengan menggabungkan struktur tata bahasa yang lebih luas. Pada tahap ini Anak-anak menunjukkan peningkatan kemahiran dalam menggunakan aturan tata bahasa, termasuk konjugasi kata kerja, bentuk kata kerja, kesepakatan, dan urutan kata.

Sepanjang tahapan ini, anak-anak juga mengembangkan kemampuan bahasa reseptif, memahami lebih banyak kata dan struktur linguistik yang semakin kompleks daripada yang dapat mereka hasilkan. Selain itu, perkembangan bahasa mereka juga dipengaruhi oleh interaksi dengan pengasuh dan paparan bahasa di lingkungan mereka.

MT diusia 36 bulan atau 3 tahun masih belum memproduksi satu kata dengan baik untuk menyampaikan seluruh pikiran atau ide, dan akhirnya diusia ini orang tua dan orang terdekatnya mulai menyadari perbedaan yang dimiliki MT. MT juga, ketika mendengar suara yang keras akan menutup telinganya dan takut, gemetaran bahkan menangis berteriak teriak jika ada mendengar suara yang gaduh, seperi pengeras suara, bunyi musik dll. MT juga tidak suka berteman atau berada ditempat- tempat yang ramai. MT lebih suka menyendiri, dan ketika menonton film di televisi, lebih suka dengan film yang tidak bersuara seperti shaun the ship. Namun demikian, daya ingat MT sangat baik dan paham dengan apa yang disampaikan orang- orang disekelilingnya.

Setelah orang tua menyadari akan perbedaan MT, maka MT segera dibawa ke dokter dan ditindaki secara medis. Dokter menyampaikan bahwa MT termasuk pada kategori pada anak speech delay ringan dapat di stimulasi dan diterapi.

Dalam melakukan stimulasi dan terapi, orang tua sebaiknya mengetahui periode kemampuan belajar Bahasa anak terutama "usia kritis" atau "periode kritis" dalam memperoleh Bahasa pertama.  Konsep "usia kritis" atau "periode kritis" dalam pembelajaran bahasa pertama mengacu pada periode waktu tertentu di mana akuisisi bahasa terjadi dengan sangat mudah dan efektif.

Dengan pemahaman periode kemampuan belajar Bahasa anak terutama "usia kritis" atau "periode kritis" dalam memperoleh Bahasa pertama terutama pada anak ini, orang tua MT menyadari bahwa  "periode sensitif" di mana pemerolehan bahasa menjadi sangat efisien pada anak-anak yang normal sehingga membuat mereka sangat mahir dalam memperoleh Bahasa, tidak berjalan dengan baik pada MT. Namun waktu dan durasi periode kritis yang dapat bervariasi di antara individu, dan ada variabilitas yang cukup besar dalam kemampuan belajar bahasa bahkan di dalam periode sensitif. Faktor-faktor seperti genetika, lingkungan, dan paparan bahasa memainkan peran penting dalam membentuk perbedaan individu dalam pemerolehan Bahasa sehingga dengan terapi berinterakasi yang lebih dengan orang- orang dilingkungan terdekat memberikan kesempatan bagi MT untuk belajar dan mengembangkan kemahiran dalam bahasa baru dan sebagimana pada poin penting tentang usia kritis pembelajaran bahasa pertama yang terakhir yakni Kesempatan Belajar Berkelanjutan, diharapkan dapat memberikan manfaat dan berkelanjutan sampai anak speech delay seperti MT bisa mandiri dan berkomukasi dengan baik.

 

Referensi: Chomsky, Noam. 1965. Aspects of the Theory of Syntax. Cambridge, Massachustetts: The MIT Press

Endang Widyorini & Julia Maria Van Tiel, 2017, Disleksia; Deteksi, Diagnosis, Penanganan di Sekolah dan di Rumah, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri


Share