Go-Pena Baner

Friday, 29 March, 2024

Marah dan Perasaan Warga Gorontalo

Responsive image
Fanly Katili, S.Pd, SH

Oleh FANLY KATILI, S.Pd, S.H.
Wakil Ketua Badan Permusyawaratan Rakyat (BPD) Desa Pilomonu Kecamatan MootiLango Kabupaten Gorontalo. yang juga Ketua Analisis & Monitoring Produk Hukum (AMPUH) Provinsi Gorontalo.

 

Ibu adalah sosok yang " Hingga detik akhirpun selalu menjadi orang yang pertama meredam emosiku". Kata kata mutiara diatas sangat pantas sebenarnya dinobatkan pada sosok seorang Mentri Sosial Dr. Ir. Tri Rismaharani, M.T. yang kini menjabat Sebagai Mentri Sosial RI. Karena jabatan seorang Mentri yg membidangi persoalan2 sosial ini sesungguhnya sangat pantas dijabat oleh seorang perempuan yg nurani kepekaannya sangat tinggi. Namun sayang insiden yg terjadi di salah satu restoran yang ada di Gorontalo seolah melunturkan kata2 mutiara diatas untuk sosok seorang Mensos Risma.

Rapat yang dihadiri Langsung oleh Mensos ibu Risma dengan para pejabat negara baik eksekutif maupun legislatif serta para pendamping PKH yg membahas salah satunya ttg akurasi data penerima Manfaat PKH, tiba-tiba menjadi tidak Kondusif dan terkesan gaduh dengan Sikap Mentri sosial yang terlalu over dalam merespon kekeliruan salah satu pendamping PKH yg keliru dalam penyebutan data. Harusnya sebagai Mentri Sosial respon atas kekeliruan salah satu pendamping PKH tidak mesti ditanggapi ibu Risma dengan cara yg tidak terpuji. Memang niat dari ibu Mensos ini sangat baik adanya dalam rangka menseriusi perbaikan data2 yg kini banyak bermasalah dilapangan. Salah satunya adalah kasus-kasus yang terjadi di daerah terkait tidak sinkronnya data penerima PKH yang ada dikementrian dan yang ada di daerah.

Akan tetapi sikap arogansi seorang Mentri Sosial yang terkesan "pamer Emosi" dan seolah bangga dengan ciri Khasnya yang sering membuat orang malu dihadapan khalayak banyak, sangat disayangkan terjadi di Gorontalo daerah yg terkenal dengan falsafah adat bersendikan sara, sara bersendikan kitabullah. Ibu Risma itu disambut dengan adat kebiasaan yg terhormat di Gorontalo, dianggap seperti dewanya orang-orang miskin. Namun sayang dalam menyikapi persoalan yang ada didaerah seperti yg terjadi di Gorontalo kemaren, ibu Mensos terkesan kurang mengedepankan etika sebagai pejabat negara sekelas Mentri. Bahkan sikap yang diperlihatkan oleh ibu Mensos sangat tidak mencerminkan slogan kementrian Sosial "HADIR" yang merupakan akronim dari : Humanis, adaptif, dedikatif, inklusif, dan responsif. Sebagai Bawahan langsung dari Bapak Presiden Jokowi harusnya ibu Mensos bercermin dari gaya kepemimpinan pak Jokowi yang lembut namun tegas dan sangat santun sekalipun dalam kondisi marah. Namun sikap dari ibu Mensos yg terjadi di Gorontalo, seolah meninggalkan kesan "Menyelesaikan masalah dengan meninggalkan masalah baru"

Kami tahu niat ibu Mensos sangat mulia karena tidak tega mendengar ada rakyat yg seharusnya penerima bansos PKH namun Eror dalam sistem. Akan tetapi dengan menyerang seorang rakyat kecil yg telah ikut mendedikasikan bhaktinya utk membantu ibu Mensos dengan menjadi pendamping PKH harusnya dihargai dengan cara yg lebih manusiawi dan sepatutnya. Jikapun terjadi kesalahan karena kelalaiannya dalam bertugas, harusnya ditegur dengan cara yang lebih bijak, bukan justru menyerang secara pribadi hingga terlihat seperti terjadi kontak fisik kecil. *Ketegasan tidak selalu harus dibarengi dengan sikap yang menjatuhkan martabat orang lain.* *Untuk membuat efek jera harusnya tidak dengan memunculkan sikap yang terkesan "Kasar" apalagi di depan umum*. Mungkin secara pribadi pendamping PKH tsb bisa menerima dan memaklumi karakteristik ibu Mensos, tapi ybs juga punya keluarga yg ikut merasakan secara psikologi atas tindakan yg dilakukan oleh ibu Mensos. *Lain halnya mungkin jika tindakan ibu Mensos tersebut dilakukan diruang tertutup yang lebih privasi, jika hal itu terjadi bukan ditempat umum mungkin akan meninggalkan kesan EDUKASI dan terlihat lebih elegan*.*Namun yang sangat disesalkan sikap ibu Mensos tersebut dilakukan di tempat umum dengan agenda yang resmi dan ditonton khalayak banyak*, *sehingga kesan yang ditinggalkan adalah seolah olah ingin mempermalukan pribadi petugas PKH tersebut karena kelalaiannya*. Harusnya informasi yg diterima oleh ibu Mensos di Gorontalo, menjadi daftar referensi untuk melahirkan ide dan inovasi baru dalam perbaikan sistem baik yang ada di daerah maupun dikementrian.

Kami menyarankan agar ibu Mensos kedepan lebih bijak dan humanis dalam menyikapi persoalan2 dilapangan. *Tinggalkan cara cara yang tidak sepatutnya dilakoni oleh seorang ibu* Termasuk menyikapi keterbatasan kemampuan para petugas Pendamping PKH dalam menyikapi tugas2nya di lapangan. Agar kedepan kualitas SDM para pendamping PKH pun jauh lebih baik dan profesional dalam menjalankan tugasnya sesuai harapan ibu Mensos dan para penerima manfaat. Kami meminta dengan hormat agar kiranya ibu Mensos mau bersikap negarawan dengan meminta maaf kepada oknum Petugas PKH dan keluarganya. Toh dengan menyadari Kehilafan sikap yg dilakukan oleh ibu Mensos saya kira tidak sedikitpun mengurangi kebesaran dan martabat beliau baik secara pribadi maupun sebagai pejabat negara. Dan berharap semoga ibu Risma mau merubah sikapnya serta kembali kajalan yg kodratnya sebagai seorang perempuan dalam bersikap dan menyikapi semua persoalan sosial dinegeri ini. *Tak ada gunanya jabatan tinggi dan ilmu yang sangat tinggi, jikalau adab sebagai pondasinya diabaikan*


Share