Go-Pena Baner

Sunday, 13 July, 2025

Cinta yang Dimulai dari Pramuka, Menanjak Bersama ke Gelar Guru Besar

Responsive image
Prof. Dr. Sukirman Rahim, S.Pd., M.Si. dan Prof. Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, S.Pd., M.Si.

Gorontalo, Go-Pena.id – Bagi sebagian orang, cinta di kampus mungkin hanya menjadi kenangan. Tapi tidak bagi Prof. Dr. Sukirman Rahim, S.Pd., M.Si. dan Prof. Dr. Dewi Wahyuni K. Baderan, S.Pd., M.Si. Yang dimulai dari sebuah kegiatan pramuka di kampus, kisah mereka tumbuh dari saling mengenal, menjadi saling menyemangati dalam perjalanan panjang dunia akademik.

Selama 10 tahun menjalin hubungan, mereka berkomitmen dengan satu janji: Berencana bersama, Berproses bersama, Berhasil bersama, dan kini, setelah melewati perjuangan panjang, keduanya berdiri di podium terhormat — Menikmati bersama gelar tertinggi dalam dunia akademik sebagai Guru Besar.

Dalam Sidang Senat Terbuka Universitas Negeri Gorontalo, Selasa (24/6/2025), keduanya dikukuhkan secara bersamaan. Suasana auditorium terasa istimewa, bukan hanya karena capaian ilmiah mereka, tetapi karena ini menjadi momen sejarah di kampus tercinta. Rektor UNG, Prof. Dr. Eduart Wolok, ST., M.T., menyampaikan bahwa banyak pasangan suami istri yang menjadi guru besar di UNG, namun hanya Prof. Sukirman dan Prof. Dewi yang dikukuhkan secara bersamaan dalam satu forum resmi.
“Ini lebih dari sekadar akademik. Ini adalah simbol bahwa cinta dan ilmu dapat tumbuh bersama, saling menguatkan, dan melahirkan kontribusi besar bagi negeri,” ujar Rektor Eduart penuh bangga.



🌿 Ilmu, Cinta, dan Komitmen yang Tumbuh Bersama
Prof. Dewi, yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ekologi Lingkungan dan Biodiversitas, menyoroti pentingnya pelestarian hutan mangrove di pesisir Gorontalo. Lewat orasi ilmiahnya, ia mengingatkan bahwa alam tidak hanya butuh pelindung, tapi juga peneliti yang memahami denyut nadinya.
Sementara Prof. Sukirman, Guru Besar Ilmu Lingkungan, menekankan pentingnya konservasi kawasan hutan seperti Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Dalam orasinya, ia menguraikan bagaimana keterlibatan masyarakat menjadi kunci dalam menjaga warisan alam tersebut.
Keduanya telah lama berjalan berdampingan — dari menyusun tesis, mendampingi mahasiswa, hingga meneliti di hutan dan pesisir. Di balik lembar-lembar publikasi ilmiah, tersimpan kerja keras yang dilakukan bersama, tanpa saling meninggalkan.
“Kami memulai dari bawah, dari kos-kosan kecil, dari saling menyemangati ketika tesis terasa berat, hingga saling mengingatkan untuk terus menulis jurnal. Hari ini, kami berdiri sebagai Guru Besar, bukan karena siapa lebih dulu, tapi karena kami tidak pernah melepas tangan satu sama lain,” ungkap Prof. Dewi dengan mata berkaca.



💞 Pengukuhan yang Menjadi Inspirasi

Pengukuhan ini bukan hanya sejarah bagi UNG, tetapi juga bagi banyak pasangan muda yang tengah berjuang bersama di dunia akademik. Cinta yang mereka rajut bukan sekadar romantika, tapi kemitraan yang tumbuh dari saling percaya dan saling mendorong untuk terus maju.

“Bagi kami, ilmu itu seperti perjalanan. Ia lebih bermakna jika ditempuh bersama orang yang juga mencintainya,” tutur Prof. Sukirman, menutup dengan senyum yang hangat kepada istrinya.



Kini, setelah berencana dan berproses bersama selama lebih dari satu dekade, keduanya tak hanya berhasil sebagai akademisi, tetapi juga sebagai pasangan yang membuktikan bahwa cinta dan ilmu bisa tumbuh dalam satu tanah yang sama: kampus. (*)


Share