Go-Pena Baner

Wednesday, 17 April, 2024

Sarean”Pungguan”di Kaliyoso

Responsive image
Mario Nurkamiden

Penulis : Mario Nurkamiden

KAMPUNG yang leluhurnya berasal dari pulau jawa,kampung yang menjadi kantong pernakan jawa minahasa,jawa Gorontalo. Kampung ini ibarat cermin perjuangan Islam dan perang jawa dalam babakan masa silam.


Matahari mulai muncul dari ufuk timur,menerangi Gorontalo,para warga Kaliyoso mulai bergegas untuk mendatangi desa tetangga, yaitu Desa Botubulowe yang kurang lebih 2 Kilometer, disitu terletak makam-makam para leluhur,orang tua dan sanak Keluarga, ditempat ini,mereka warga keturunan Jaton bersholawat, membacakan yasin, doa hingga bersilaturahim. Tradisi ini dikenal dengan sebutan sarean”Pungguan”, salah satu tradisi warga Jaton yang dilakukan setiap menyambut bulan suci Ramadan.
Teriknya matahari tak lantas membuat Para warga keturunan ini gotong royong dalam membersihkan pusaran saudara/patuari yang sudah lebih dulu menghadap sang Khalik, sarena”Pungguan”pula menjadi momentum para warga keturunan jaton untuk bersilaturahmi dan menjaga budaya peninggalan leuhur.
Entitas budaya yang membuktikan bahwa, perpaduan sosial adalah sebuah kreasi Humaniora yang mulia.
Asimilasi budaya Jawa,Gorontalo dan Minahasa merupakan bukti perbedaan Budaya yang tidak membentuk jurang pemisa di Masyatakat, ini merupakan sebuah adonan budaya yang terpuji, teladan, Ikhwal kokohnya Negara kesatuan Republik Indonesia. (*)


Share