Gorontalo, – Pemerintah Provinsi Gorontalo menjadi tuan rumah pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Regional Sulawesi 2025 yang dirangkaikan dengan Musrenbang RPJMD Provinsi Gorontalo Tahun 2025–2029. Mengusung tema “Melalui Musrenbang Regional Sulawesi Kita Wujudkan Sinergitas Tematik dan Konektivitas Antar Wilayah Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif Serta Berkelanjutan,” kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat perencanaan pembangunan lintas wilayah di Pulau Sulawesi.
Musrenbang ini dihadiri oleh perwakilan dari enam provinsi di Sulawesi, yakni Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Masing-masing daerah memaparkan potensi unggulan yang dimiliki, permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan daerah, serta pentingnya penguatan konektivitas antarwilayah sebagai solusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan.
Gubernur Gorontalo, Dr. Gusnar Ismail, dalam sambutannya menyampaikan bahwa sinergitas tematik dan konektivitas antarwilayah menjadi kunci dalam menjawab tantangan pembangunan di Sulawesi yang masih menghadapi ketimpangan antarwilayah.
“Kita memiliki sumber daya yang luar biasa di masing-masing provinsi, namun tanpa konektivitas yang baik, potensi tersebut tidak dapat dioptimalkan. Musrenbang ini menjadi momentum strategis untuk menyatukan visi, menyinergikan program pembangunan, dan merumuskan langkah konkret demi kemajuan bersama,” ujar Gubernur Gusnar.
Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo, Dr. Wahyudin Athar Katili, S.STP, MT, menambahkan bahwa menjadi tuan rumah Musrenbang Regional merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar bagi Provinsi Gorontalo. Ia menekankan pentingnya forum ini dalam menyatukan arah kebijakan pembangunan yang terintegrasi di Pulau Sulawesi.
“Pelaksanaan dua agenda Musrenbang ini, yakni Regional Sulawesi dan RPJMD Provinsi Gorontalo 2025–2029, merupakan bagian penting dari siklus perencanaan pembangunan. Ini adalah forum kolaborasi antarprovinsi untuk membangun kesepahaman bersama dalam menghadirkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Wahyudin.
Dalam sesi pemaparan, masing-masing provinsi menyampaikan gambaran komprehensif terkait potensi dan tantangan pembangunan yang dihadapi:
Provinsi Gorontalo menyoroti potensi sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata yang membutuhkan dukungan infrastruktur konektivitas yang lebih baik untuk membuka akses pasar nasional dan internasional.
Provinsi Sulawesi Selatan memaparkan perannya sebagai pusat ekonomi dan perdagangan di kawasan timur Indonesia, dengan fokus pada penguatan sektor industri, pertanian, serta pengembangan pelabuhan dan jalur logistik.
Provinsi Sulawesi Barat menekankan perlunya peningkatan konektivitas antarwilayah untuk mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan sektor kelautan yang potensial namun belum optimal akibat keterbatasan akses.
Provinsi Sulawesi Tenggara menyampaikan potensi besar sektor pertambangan dan kelautan, namun menghadapi tantangan dalam pembangunan infrastruktur jalan dan transportasi yang masih terbatas.
Provinsi Sulawesi Tengah menyoroti pentingnya pembangunan berkelanjutan di kawasan dan potensi sektor kehutanan serta energi terbarukan yang membutuhkan konektivitas antarwilayah untuk distribusi dan pengembangan pasar.
Provinsi Sulawesi Utara menegaskan posisinya sebagai pintu gerbang ekspor-impor di kawasan utara Sulawesi, dengan potensi pariwisata dan perdagangan luar negeri yang sangat kuat, namun masih memerlukan sinergi regional untuk mendukung pengembangan kawasan ekonomi khusus.
Seluruh peserta Musrenbang sepakat bahwa tantangan utama yang harus diatasi bersama adalah pembangunan konektivitas antarwilayah, baik dalam bentuk infrastruktur fisik seperti jalan dan pelabuhan, maupun dalam bentuk konektivitas digital dan logistik. Sinergitas program antarprovinsi dinilai penting untuk menghindari tumpang tindih kebijakan serta memastikan pemerataan hasil pembangunan. (Wan)