Go-Pena Baner

Thursday, 19 September, 2024

Jati Diri Universitas

Responsive image
Prof. Dr. Syamsu Q Badu, M. Pd - Rektor UNG 2010 - 2019

Oleh : Prof. Dr. Syamsu Q Badu, M. Pd

 

Tanpa terasa, Universitas Negeri Gorontalo (UNG), sudah berusia 57 tahun. Waktu cepat berlalu, tanpa terasa saya sudah mengabdi selama 33 tahun di  almamater tercinta, UNG. Masuk sebagai dosen di usia 27 tahun, sekarang umur 60 tahun. Tanggal 1 September 2020 merayakan Dies Natalis yang ke-57. Selamat & sukses buat pak Rektor, Dr. Eduart Wolok, ST, MT bersama seluruh civitas, semoga diberi kemudahan dalam mencapai visi "Unggul & Berdaya Saing". Aamiin 

Perjalanan panjang UNG diwarnai lika-liku, gejolak, suka duka, bahkan mengancam eksistensi kelembagaannya. Di masa Prof. Nani Tuloli terancam ditutup, dikembalikan ke kampus induk, Unsrat Manado. Tapi pimpinan saat itu mengambil sikap berani dengan mengubah status menjadi Sekolah Tinggi. Banyak protes bermunculan. Di masa Prof. Nelson, berjuang alih status dari IKIP ke Universitas sehingga jadilah UNG seperti saat ini. Di masa saya, fasilitas, akreditasi & kemahasiswaan menjadi masalah utama. Alhamdulillah, bisa dituntaskan, tentu saja dengan plus minusnya. Bahkan dipercaya membuka Fakultas Kedokteran, setelah berjuang lebih kurang 10 tahun. 

Tradisi universitas adalah ilmiah, riset.  Kerjanya adalah kerja "sunyi", tanpa hiruk pikuk, di balik dinding laboratori untuk mencari kebenaran ilmiah. Universitas adalah "ladang" perbedaan. Beda pendapat & argumentasi, hal biasa bahkan suatu keharusan. Karena dari sanalah diperoleh titik temu, diperoleh kebenaran yang dapat diterima  khalayak. 

Mengelola universitas sebenarnya lebih "ribet" dibanding pemerintahan. Di samping bidang kerjanya bersifat ilmiah (riset) & edukasi, juga orang-orang di dalamnya adalah ilmuwan & mahasiswa yang kadang "susah diatur". Mereka terbiasa berbeda. Loyalitasnya bukan ke Rektor atau person  lainnya tapi pada nilai-nilai kebenaran. Saat saya Rektor sering kejadian, rapat bisa berjam-jam karena perdebatan. Dan yang didebat itu saya & pimpinan lainnya. Hal ini tentu saja jarang bahkan mungkin tidak pernah terjadi jika Gubernur atau Bupati memimpin rapat. 

Itulah dinamika universitas sehingga orang-orang di dalamnya masih "relatif" terjaga objektifitasnya. Karena objektifitas itulah yang sering menimbulkan perbedaan, "kegaduhan" baik saat pertemuan ilmiah atau rapat. Perbedaan itu jadi "menu" tiap hari yang melatih "kedewasaan" bersikap. Ilmu berkembang karena ada perbedaan. Bahkan karena perbedaan, kita mengenal hadist sahih, hasan & dhaif. Hadist nabi, "perbedaan itu rahmat". Walhasil, dinamika menjadi ciri khas, jati diri & "roh" universitas. Jika itu hilang, maka sesungguhnya kita telah "membunuh" objektifitas & "mengkhianati" universitas, semoga kita tidak  termasuk pada golongan orang-orang semacam itu. Aamiin ya Robbal 'Aalamiin.

SELAMAT DIES NATALIS KE 57
ALMAMATERKU TERCINTA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

#SQB


Share